Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Tauhid dan Pembagiannya

pic. by google.com

Pengertian Tauhid

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja.

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39)

Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidlah , menurut tuntunan islam , yang akan menghantarkan manusia pada kehidupan yang baik dan hakiki di akhirat nanti.

 

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97)

Tauhid ialah pemurnian ibadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala: yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan rasa penuh rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.

 

Tauhid dibagi menjadi 3, yaitu:

1.    1. Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah berarti mentauhidkan segala apa yang dilakukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, serta bahwasanya Dia adalah Raja, Penguasa, dan Yang mengatur segala sesuatu.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” (Al-A’raaf: 54)

 

Dan Allah Azza wa Jalla berfirman:

 

ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ

 

“…Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah Rabb-mu, milik- Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” (QS. Faathir: 13)

 

2.    2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan perbuatan para hamba dengan melaksanakan ketaatan yang disyariatkan seperti do’a, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakal, dan lain-lain.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

 

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An Nahl: 36)

Jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul.

 setiap rasul memulai dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah, karena ia adalah asas dan pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

 

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumar: 65)

 

3.    3. Tauhid Asma’ Wa Sifat

Yaitu mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam penetapan nama dan sifatnya, yaitu sesuai dengan yang Dia tetapkan bagi diriNya dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

 

“Tidak ada suatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Asy Syura: 11)

 

Imam Ahmad rahimahullah berkata,

“Allah subhanahu wa ta’ala tidak boleh disifati kecuali dengan apa yang disifati olehNya untuk diriNya atau apa yang disifatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta tidak boleh melampaui Al Qur’an dan Hadits.

 __________________________________________________________________________________________________

 

Referensi:

- Kitab Tauhid - Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at Tamimi

- Kitab Tauhid – Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan

- Tafsirweb.com

- Muslim.or.id

 

 

 Disusun Oleh : Fatimah Happ (PIP)

1 komentar untuk "Mengenal Tauhid dan Pembagiannya"