Cerpen-Akibat Patah Hati
![]() |
images from google.com |
Kenalkan
namaku Reisya Fadila Fitriana Nur Zahratun Nisa Syauqi Jannah. Hihihi, maaf
jika awal perkenalanku membuatmu pusing akibat namaku yang mungkin sedikit
panjang. Panggil saja aku Reisya, atau lebih tepatnya Ibu Reisya, karna
sebentar lagi perutku yang membesar akan masuk ke bulan yang ke 9. Membesar?
Bukan karena gendut, tetapi aku sedang mengandung sebuah titipin dari Sang
Rabb, ialah bakal calon anakku yang pertama, bukan hanya anakku, tetapi anaknya
juga. Iya dia, seseorang yang tengah berguyuran keringat dengan celemek pink
menempel ditubuhnya. Tangan kirinya sibuk menjaga keseimbangan wajan, sedangan
tangan kanannya asik memainkan spatula untuk membolak-balikan masakan yang
entah macamnya apa.
Setelah 5 menit lebih berada di
dekat kompor, jadilah sebuah menu masakan yang wanginya lumayan bisa memenuhi
ruangan 7 x 5 meter ini. Ia tersenyum sembari meletakkan hasil masakannya,
layaknya aku ini sebuah pembeli direstoran ternama.
“Silahkan, Sang Putri” ucapnya, aku
tersenyum senang melihatnya yang sudah bersusah payah membuatkan sebuah masakan
yang menurutku ini cukup sulit hanya untukku.
Ia, iya bener dia, iyalah Bidadara
yang kudapatkan akibat patah hatiku. Ialah sang pangeran berkuda mesin yang
datang diwaktu yang tepat. Ialah Rio Saputro.
6 tahun
lalu.............
“Reisya, sakit,Li!. Reisya kecewa
berat. Reisya sedih, Reisya... hiks..hiks” aku menangis sesenggukan dipelukan
Lila, sahabatku semenjak TK.
“Reisya, sudah biarlah. Biarkan Mas
Fatih bahagia dengan pilihan dan jalannya. Kamu sudah harusnya tutup buku,
bukan dari sekarang ,seharusnya semenjak dulu. Dari awal Mas Fatih kan sudah
kelihatan tidak seriusnya dengan kamu. Sudahlah, Sya , toh kita masih SMA kelas
2 , Sya. Pun kalau mau diseriusin kamu harus siap nikah juga, karena itulah
salah satunya jalan untuk membuktikan keseriusan dalam mencintai seseorang.
Emang kamu sudah siap nikah? Bangun aja masih kesiangan, cucian numpuk 2 minggu
baru dicuci, piring berkarat baru dibersihkan, kamar Cuma ada tamu baru
dirapiin.” Cerocos Lila.
“Lila, aku serius , bukan begitu,Li.
Aku ingin hubungan kami ini saling menjaga dan saling mempertahankan hingga
kami kelak mampu menikah. Li, Mas Fatih sudah janji sama aku, tapi apa, Mas
Fatih ninggalin aku demi cewek lain. Memang Li, kuakui perempuan itu lebih
beragama tinggi daripada aku, tapikan aku masih belajar ,Li, aku sedang
berproses untuk menjadi wanita yang saleha, aku tengah dalam masa hijrahku.
Tapi dia, Li, dia tega tinggalkan aku. Li, padahalkan aku ini sudah banyak
berubah,Li. Kenapa dia tega tinggalkan aku yang sudah lama sekali menyukainya.
Kenapa dia berpaling ,Li, kenapa dia tidak menjadikanku sebagai ladang
pahalanya? Padahal setiap nasehatnya selalu ku patuhi. Tapi , Mas Fatih tega
tinggalkan aku” ujarku yang membuat
hatiku semakin tersayat.
Bagaimana tidak, sudah sedari aku SD
seseorang itu ada di dalam hidupku, layaknya lampu yang mencoba menerangiku
dalam kegelapan dan kini sampai di usiaku yang tengah menempuh pendidikan di
tingkat SMA. Ia sudah benar sangat berarti di dalam hidupku. Dia berhasil
membuatku lebih dekat dengan Sang Rabb. Dia benar sudah seperti lampu
dihidupku.
Tapi sayangnya, semenjak ia pergi ke
luar kota untuk melanjutkan studinya, ia jarang sekali menghubungiku, bukan
karena teleponnya yang kehabisan baterai atau pulsa dan kuota, bukan, bahkan
hampir di setiap malam dia selalu online,melainkan karena mungkin rasa bosan
itu hadir menyelimuti hatinya, atau bahkan mungkin pesanku tertimbun oleh
ratusan pesan dari penggemarnya yang masuk diteleponnya. Iya dialah, Mas Fatih.
Ya dia, teman perempuannya bukan hanya satu dan yang mencintainya bukan hanya
aku. Wajahnya yang menawan dan juga kecerdasannya mampu membuat kaum hawa jatuh hati kepadanya. Hingga beberapa malam kemarin ia bilang untuk
menyudahi semua yang terjadi diantara kami, bukan karna ia lebih ingin menjaga
jarak diantara kami karena Allah, bukan
itu, melainkan karena ia telah bertemu dengan seorang wanita dalam
perjalanannya saat ia tengah mewakili kampusnya pergi ke Sumatera.
Hancur, sedih, pilu, kesal, marah
bercampur menjadi satu dalam hatiku. Kesehatanku menurun, pikiranku terganggu,
terlebih dialah yang selama ini menjadi penyemangat dalam hari-hariku. Bukan
hanya setahun , dua tahun, tetapi sudah 7 tahun lamanya. Kegalauan benar
menyelimuti hatiku yang sedang patah ini. Aku kesal, sangat kesal, kesal ia
meningalkanku. Kesal ia mengundurkan diri menjadi motivator yang coretan
tangannya tak dapat lagi kubaca. Kesal ia lebih memilih wanita lain sudah lebih
memahami islam dan cantik daripadaku. Kesal ia tak menjadikanku lagi sebagai
ladang pahalanya untuk berceramah yang akan membuatku lebih dekat dengan Sang
Rabb.
“Sudahlah, Sya. Jodoh itu sudah ada yang atur.
Mungkin ini sudah jalannya. Kamu harus berusaha keras melupakan Mas Fatih, kamu
fokuslah sama pendidikanmu dulu, sudahlah lupakan cinta dulu. Percaya diwaktu
yang tepat nanti Allah akan hadirkan seseorang yang tepat untukmu, seseorang
yang terbaik untukmu, dan seseorang yang akan menghabiskan sisa hidupnya
bersamamu. Percayalah pilihan Allah pasti yang terbaik. Jangan bersedih karena
hal ini, Sya. Ingat, Mas Fatih itu belum sama sekali punya hubungan resmi yang
diridhoi Allah sama kamu. Sudahlah.” Kata Lia menasehatiku yang tubuhnya
semakin erat kupeluk.
Waktupun terus berputar, hingga
genap 2 minggu semenjak kejadian Mas Fatih meninggalkanku. Aku sibuk larut
dalam berbagai aktivitas di sekolah, dari persiapan olimpiade sains, hingga
berorganisasi. Untunglah ada kesibukan-kesibukan ini yang mampu membuat
frekuensiku mengingat Mas Fatih berkurang. Namun, selain kesibukan itu, ada
perihal lain yang membuatku lebih mampu lagi maju ke depan tanpa coretan
motivasi dari Mas Fatih. Tak peduli se-berapa berantaknnya aku di 2 minggu itu
, ia membuatku benar-benar lebih mampu menghadapi kesedihan ini. Perihal lain
itu ialah seseorang. Seseorang yang benar sangat menghormati wanita, dari
cara berbicaranya yang lembut hingga kemampuannya menjaga jarak dengan wanita
yang bukan mahromnya di era modern seperti ini. Seseorang itupun mampu membuat
awan hitam dilangitku pergi, lari , dan menghilang. Bukan karena tampannya,
ataupun suaranya yang sangat lembut, melebihi kelembutanku sebagai wanita,
tetapi karena kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya. yang mampu membuatku
seperti disetrum listrik dan tertawa
dengan kalimatnya yang menghibur. Seperti :
“Kenapa
sedih? Putus cinta? Gitu kok ditangisin. Nangis tuh ya karena dosa kita banyak
sedangkan umur kita terus berkurang”
“Nah kamu
lebih milih nangisin cowok, daripada nangisin proposal kegiatan yang udah
ditolak 10 kali, dan revisi 23 kali? Hebat kamu, Sya!!”
“Reisya,
sumur di rumah aku kering. Hari ini nangis lagi ya , lumayan kan sejam bisa
dapet 2 ember buat cuci seragam. HEHEHE.”
“Sya,
ada lomba nangis tuh, hadiahnya lumayan lo!. Satu piring cantik dan pajak
ditanggung panitia.”
“Eh,
Sya, mimik sedih kamu ini. Hm, benar-benar menghayati pas kayak benar-benar
orang sedih plus susah. Bakat ini kamu,Sya. Yuk ikut aku duduk diperempatan
jalan atau pinggiran toko pake baju bekas sambil seret kaki, wkwkwk”
“
Sya, Allah bilang kamu kalau sedih suka mirip tikus di rumah aku. Nakutin ih. “
“Reisya!!!
Ikut aku ayo buruan!! Mumpung kamu lagi nangis!! Tuh ada bayi baru lahir ga mau
nangis, siapa tau pas liat kamu nangis dia bisa ikut nangis juga, ayo!! Sya!!!”
Dan masih banyak lain
kalimat-kalimatnya yang nyeleneh tetapi cukup menghiburku. Hingga suatu ketika
, saat organisasi yang kebetulan kami berdua ada sebagai anggotanya mengadakan
jogging sehat pagi di alun-alun kota dan mewajibkan semua anggota untuk ikut
tak terkecuali aku.
Saat itu pukul 06.30 , acara utama
yaitu jogging bersama sejauh 5 KM baru saja dimulai. Mulanya aku berjogging
kecil sejajar dengan Lia yang pada kilo-meter ke 2 menyerah dan memilih
berjalan pelan hingga aku 100 meter lebih depan daripadanya. Jadilah aku
jogging sendirian selama 500 meter ke depan hingga dia tiba-tiba datang dan
menyamai langkahku. Kala itu aku masih dalam keadaan berlari kecil dengan wajah
yang murung masih saja merasakan sedih sekaligus sakit akibat ditinggal oleh
Mas Fatih.
“Sya!!” sapanya. Aku hanya tersenyum
kecil menanggapinya.
“Allah ga suka hambaNya sedih, Sya.
Apalagi Cuma masalah cowok! Dan parahnya belum halal. Toh ,Sya kalaupun
seseorang itu memang benar jodoh kamu dia akan kembali denganmu dan bersamamu
lagi. Tapi, kalau bukan , berarti Allah sudah siapkan seseorang yang terbaik
buat kamu dan itu bukan dia. Sya, Allah jauhkan kita dari seseorang itu ada
beberapa kemungkinan, diantaranya karena Allah sayang kita, Allah uji kita agar
kita lebih tabah, agar kita juga bisa lebih dekat dengan Allah akibat
kepatah-hatian kita. Gak seharusnya kamu terlalu bersedih seperti ini. Kamu
taukan surah an-nur ayat 26? Lelaki baik untuk perempuan yang baik dan
sebaliknya. Lelaki keji untuk perempuan yang keji dan sebaliknya. “ ucapnya
menasehatiku. Akupun menghentikan lari kecilku dan memilih berjalan sembari
mengatur nafas dan mencerna semua ucapannya.
Tak terasa air mataku kembali jatuh, tetapi hanya seberkas.
“Kamu benar. Mungkin aku bukan yang
terbaik untuk dia. Mungkin memang benar begitu. Seharusnya aku tidak terlalu
memusingkan masalah ini. “ ujarku sembari tersenyum. Senyum yang cukup membuat
hatiku lebih tabah lagi.
“Jika kamu menyukai seseorang,
berikhtiarlah dengan menyebut nama seseorang itu dalam setiap solatmu.
Perjuangkan ia melalui doamu dan tikung dia dalam sepertiga malammu. Sya, jika
kamu menyukai orang itu karena kesalehannya, kamu salah. Orang yang saleh gak
akan pernah mau , Sya, pacaran walaupun berkedok ta’aruf. Dia akan lebih
menjaga jaraknya, dia akan lebih banyak mendoakanmu agar bisa bersamanya bukan
dengan lebih banyak mengirimkanmu pesan yang hmm... membuat lemah iman. Orang
yang salehpun akan membuktikan cintanya lewat pernikahan, bukan dengan ta’aruf
tapi masih lama banget nikahnya, kamupun belum siapkan dinikahi sekarang?
Akupun begitu , Sya. Aku tengah menjadi pengagum dari seorang wanita. Taklah
seorangpun tau kecuali aku dan Allah. Tak perlu kuumbar , tak perlu kusebutkan
agar semua orang tau. Cukuplah Allah yang tau karena kebelum-siapanku untuk
membuktikannya. Cukuplah sekarang aku berikthtiar dengan memintanya kepada sang
Maha Cinta, memperbaiki diri, dan menyiapkan segalanya untuk menjadi imam terbaiknya.
Biarlah perasaan yang belum pantas diucapkan ini menjadi cinta layaknya kisah
Fatimah dan Ali. Tak ada yang tak mungkin, kalau jodoh ya Alhamdulillah, kalau
bukan pasti ada ganti yang lebih baik. Toh, Allah selalu ngasih yang terbaik
buat hambaNya. “ ucapnya lagi. lagi menasehatiku yang jujur membuatku sadar.
Dulu aku sempat berfikir dia adalah
anak yang nakal , karena ia adalah murid baru pindahan dari jogja yang rumornya
sengaja di pindah ke sekolahku ini karena kenakalannya yang hampir melampaui batas.
Tetapi mungkin itu dulu, sekarang dia yang tengah berguyuran keringat ini sudah
bukan dia yang dulu lagi. Mungkin hidupnya dulu sudah memberinya pelajaran
hingga ia bukan dia dulu yang nakal. Sekarang hadir dia yang baru, dia yang
lebih baik dan dekat dengan sang Rabb.
“Lalu apa yang kamu bakal usahakan
untuk seseorang yang kamu sukai?” tanyaku penasaran.
“Aku akan pergi demi untuk
kebaikanku dan dia. “ jawabnya yang membuatku menaikkan alis tak mengerti.
“Maksudmu?”
“Aku akan pindah lagi, Sya. Minggu
depan aku akan dipindah lagi disebuah pondok khusus mantan anak nakal
sepertiku. Memang , orang tuaku tak memaksaku untuk pindah lagi, tetapi ini
murni kemauanku mengiyakan saran dari pamanku. “
“Lantas apa maksudnya untuk kebaikan
wanita itu?” tanyaku masih belum mengerti.
“Rasa suka teramat kepada yang bukan
mahrom itu sulit, Sya untuk ditahan. Apalagi aku hampir setiap hari bertemu
dengannya. Sulit untukku yang masih baru istilahnya masuk lebih dalam ke dunia
Islam. Memendamnya dan berusaha keras menahan diri darinya. Godaannya berat,
apalagi dia benar seseorang yang belum pernah kutemui dalam hidupku. Seseorang
yang benar ku kagumi. Lebih baik aku pergi dengan begitu jarak lebih terjaga
dan aku bisa lebih fokus lagi memperbaiki diriku agar kelak Rabbi bisa
menyatukanku dengannya. Dan untuk kebaikannya, aku tau tak semua wanita itu
kuat akan keistiqomahan hijrahnya apalagi dijaman putih abu-abu ini. Aku takut
akan datang disuatu masa saat imanku goyah dan diapun sedang ada di tahap
lemah-lemahnya iman. Aku takut jika pertahananku goyah dan membawanya menuju
hubungan tak halal yang malah akan membuatku dengannya jauh dari Sang Rabb.
Maka dari itu biarlah aku pergi dan lebih fokus memperbaiki diriku, bukan hanya
untuk wanita itu, tetapi juga untuk menjadi hamba yang benar-benar Allah
harapkan. Biarlah doa , Sya yang kusemogakan menyatukan kami. “ jelasnya. Aku
mengangguk mengerti.
Angin pun mendadak berhembus,
membuat pagiku tiba-tiba dalam suasana yang syahdu hingga terbesit sebuah harap
bahwa akulah seseorang yang dia maksud dalam setiap ucapannya tadi. Entah
kenapa, ada sebuah bagian di hati kecilku saat tau ia akan pergi.
“Kamu benar akan pergi? Walaupun
wanita yang kamu sukai memintamu untuk tetap disini?” ucapku tanpa sadar.
“Hahaha. Suatu saat jika jalan
pulangku dia, aku akan kembali lagi padanya. Sya, tunggulah seseorang. Ada
seseorang yang sedang sangat keras dalam masa hijrahnya berharap engkau suatu
saat nanti dapat bersamanya. Sya, tunggulah dia. “ ujarnya yang membuatku tak
mengerti apa maksudnya. Aku benar-benar tak mengerti, iapun tak menjelaskan
lebih apa maksudnya mengucapkan itu .
Malah ia kini telah berlari kecil dan sudah 150 meter jauhnya dariku. Meninggalkanku
dengan ribuan tanda tanya.
“Sya!!”
Sebuah tepukan dipundakkupun datang
membuatku kaget.
“Lia! Iih!!”
“Hahaha, kamu kenapa, Sya? Eh ,
betah banget ngobrol sama dia? Ngobrolin apa?” Tanya Lia kepo.
“Mau tau aja urusan orang, ih! Udah
Ah , yuk masih sekilo nih. Buruan” ajakku mengalihkan perhatian.
Sejak itu aku tak lagi dapat
berbicara dengannya, walaupun hanya sekedar bergurau seperti sebelumnya. Entah
mengapa aku merasa dia menghindari hingga seminggu berlalu ia benar pergi dari
sekolahku ini. dan entah kenapa separuh dari hatiku ada yang kosong saat ia
pergi dengan mengenakan tas ransel berwarna biru lautnya.
Hatiku kembali bersedih setelah
berhasil ku repair lagi. Tetapi , nasehatnya mengingatkanku atas
pasal jodoh. Dan mulai saat kepergiaannya , di setelah sujud terakhirku dalam
setiap waktu solat, entah atas dasar apa aku meminta kepada Sang Pencipta agar
kelak aku dapat dipertemukan lagi dengannya dan bahkan mungkin dipersatukan olehnya.
Hari, minggu, bulan dan tahunpun
kurasa berlalu dengan cepat. Sudah 5 tahun aku benar-benar tak mendengar kabar
tentangnya , tetapi walau demikian hingga tahun ke-6 setelah kepergiaannya aku
masih saja tak pernah absen mengulang doaku dan meminta agar Sang Rabb mempertemukanku
dan mempersatukanku dengannya.
Hingga pada tahun ke- 6 itu , Lia, sahabatku
yang masih awet saja denganku memutuskan untuk membuat sebuah grup yang
berisikan semua anggota seorganisasi saat masa SMA dulu, ya alasannya untuk
mempererat kembali hubungan kami semua.
Satu persatu tema-teman diorganisasi
yang hilang kabarnyapun muncul kembali dengan kabar-kabar khas dari perjalanan
hidup mereka masing-masing. Rupanya grup whatsapp ini sudah mempersatukan kami
kembali. Hingga Rendi, teman sekelas dia dulu
membuat grup ini heboh dengan pesannya yang berbunyi “Eh, Si Utro bentar lagi
mau lamaran , lo! Doanya ya ceman-ceman. Nanti kita kenikahnnya Si Utro bareng-bareng. Semoga
diterima yah, lamaran Si Utro” . sontak pesannya itu membuat heboh semua
anggota grup tak terkecuali aku yang sangat pernasaran, siapakah wanita beruntung
tersebut . Rendi yang diserbu oleh teman-teman atas ke-kepoan mereka siapakah
wanita itu hanya bisa mengirimkan emot nyegir digrup karena iapun hanya tau
sebatas berita lamaran itu tak lebih.
Jelas sekali dia yang punya panggilan
khusus Utro, itu membuat heboh kami. Karena ialah salah satu anggota
diorganisasi kami yang secara tidak langsung menjadi anggota kesayangan kami
walau tak genap 5 bulan ia berada di organisasi kami. Dan kabar itupun membuat
hatiku kembali retak. Ternyata mungkin bukan akulah wanita yang ia maksud di
hari minggu itu. Aku menangis sedih, tapi taklah aku seperti jaman dulu yang
terisak berlebihan atas karena lelaki yang belum tentu menjadi imamku.
Seminggu berlalu sejak kabar itu,
tetapi belum ada kabar baru lagi tentangnya. Jelas hatiku dirundung sedih dan
pilu serta resah juga penasaran siapakah wanita itu. dihari ke 7 setelah kabar
itu aku bangun disepertiga malam dan kembali menangis atas kepatah-hatianku.
Aku mengungkapkan betapa sedihnya aku , seseorang yang sudah kusemogakan dalam
doaku taklah dapat terwujud. Tetapi kembali aku menyadarkan diriku, akan
rencana manis Sang Rabb yang tak pernah salah memberikan yang terbaik untuk
hambaNya. Hingga rencana manis Sang Rabb yang kunantikan datang pada hidupkupun
terwujud.
Pagi itu pukul 08.00 aku tengah
merapikan tanaman-tanaman bunga di halaman depan rumahku. Sebuah mobil putih
yang bermerek berhenti tepat di depan pagarku. Rasa penasarankupun muncul
hingga seorang pengemudi mobil putih itu keluar dari dalam mobil itu disusul
oleh beberapa orang lain.
“Assalamualaikum. Sya” ucap
seseorang itu yang ternyata ku kenali.
“Wa.. wa. Waalaikumussalam
wa..wa..rahmatullah.” aku setengah tak percaya melihat kedatangannya bersama 5
orang lainnya yang membawakan beberapa parsel ditangan mereka.
“Sya, aku ga boleh masuk ya” ujarnya
memecah lamunanku. Aku pun segera membuka pagar dan mempersilahkan dia masuk
beserta rombongannya itu. Untung saja saat itu ruang tamuku baru saja selasai
ku bersihkan.
“Ca.. ca..cari siapa?” tanyaku yang
masih mendadak gagu.
‘Kamu, ibumu dan abimu, ada?”
jawabnya. Aku mengangguk lalu cepat kupanggilkan ibu dan abiku.
Jujur saat itu ibu dan abimu pun
kaget atas kedatangannya. Ibu dan abi dengan cepat berganti pakaian yang lebih
pantas untuk menemui tamu, dan akupun memilih menuju dapur untuk menetralkan
jantungku yang berdetak tak karuan ini , juga sekalian menyiapkan minum untuk
mereka.
Butuh 10 menit lamanya aku
menyiapkan minum untuk mereka, bukan karena aku tak ahli , tetapi kegugupanku
membuatku mendadak lupa bagaimana cara membuat minum yang enak untuk tamu.
Untung saja ada adik lelakiku yang membantuku menyiapkan minum untuk tamu.
Setelah menghidangkan minuman kepada
dia dan juga rombongannya yang ternyata
keluarganya saat dia memperkenalkanku kepada mereka ditengah aku
menghidangkan minum tadi, abi pun angkat suara menyampaikan maksud
kedatangannya yang mendadak ini.
“Reisya, kamu siap? Sudah sarjana
jugakan?” ucap Abi.
“Si..si. siap? “ tanyaku.
“Ihh, kamu ini, Sya. Masa gak paham
kedatangan temen SMA kamu ini. Sudah bawa orang tuanya, bawa parsel itu. Apa
semalem dia gak bilang dulu mau ke rumah?” kata abangku yang juga ikut
berkumpul di ruang tamu.
Hatikupun rasanya tak karuan. Aku
paham. Aku sudah paham sangat sekali. Apa maksdunya datang kesini dan aku
menemukan jawaban atas pertanyaanku sendiri. Pertanyaan atas apa maksudnya
berbicara demkian di minggu itu, pertanyaan atas siapakah wanita yang akan ia
lamar, pertanyaan akan kapankah rencana manis Sang Rabb menyapaku. Dan kini
semua telah sudah terjawab dengan apiknya.
“Mau.. maulah. I.. iya mau” ucapku
dengan kekikukkanku dan dengan segala rasa senang yang memenuhi dada. Aku
tersenyum dengan sangat lebarnya hingga aku tak tau bagaimana bersikap biasa,
karena mungkin aku sudah melebihi pemilik senyum dari kalangan manusia yang
tengah sakit jiwa.
Aku melihatnya tersenyum malu
kepadaku. Wajahnya yang 180 derajat lebih dewasa, lebih menawan dan berkharisma
itu meluluhkan hatiku seketika.
Dan kini seseorang itu tengah
mengusap lembut bibirku yang sedikit menyisakan bekas makanan yang tak sempat
masuk ke dalam mulutku.
“Nah mau punya bayik, tapi makan aja
masih belepotan” candanya.
“Biarin “ balasku sembari memanyunkan
bibirku ke depan membuatnya tertawa kecil.
“Jangan, Bi. Jangan ketawa, jangan
senyum , Bi. Hatiku nanti luluh, Bi sama senyummu” kataku menggodanya yang ia
balas dengan mencubit kecil pipi tirusku.
Inilah kisah dariku, Reisya, bukan,
tetapi bakal calon ibu Reisya. Kepatah-hatianku tak lantas membuat imanku surut
walau ku akui hampir saja begitu,tetapi karna itulah hatiku berhasil dibukakan
oleh seseorang yang ku semogakan dalam setiap solatku. dan maha baik sang Rabb
yang mengabulkan doaku hingga aku berhasil menjadi wanita yang RIO SAPUTRA
peristrikan. Untuk besok, lusa dan selamanya.
penulis: Adinda Nur P.
IG : @adinda_nurpra
FB : Adinda Nurpra
Admin
Fatimah
Posting Komentar untuk "Cerpen-Akibat Patah Hati"