Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen-Akibat Patah Hati

images from google.com


Kenalkan namaku Reisya Fadila Fitriana Nur Zahratun Nisa Syauqi Jannah. Hihihi, maaf jika awal perkenalanku membuatmu pusing akibat namaku yang mungkin sedikit panjang. Panggil saja aku Reisya, atau lebih tepatnya Ibu Reisya, karna sebentar lagi perutku yang membesar akan masuk ke bulan yang ke 9. Membesar? Bukan karena gendut, tetapi aku sedang mengandung sebuah titipin dari Sang Rabb, ialah bakal calon anakku yang pertama, bukan hanya anakku, tetapi anaknya juga. Iya dia, seseorang yang tengah berguyuran keringat dengan celemek pink menempel ditubuhnya. Tangan kirinya sibuk menjaga keseimbangan wajan, sedangan tangan kanannya asik memainkan spatula untuk membolak-balikan masakan yang entah macamnya apa.
            Setelah 5 menit lebih berada di dekat kompor, jadilah sebuah menu masakan yang wanginya lumayan bisa memenuhi ruangan 7 x 5 meter ini. Ia tersenyum sembari meletakkan hasil masakannya, layaknya aku ini sebuah pembeli direstoran ternama.
            “Silahkan, Sang Putri” ucapnya, aku tersenyum senang melihatnya yang sudah bersusah payah membuatkan sebuah masakan yang menurutku ini cukup sulit hanya untukku.
            Ia, iya bener dia, iyalah Bidadara yang kudapatkan akibat patah hatiku. Ialah sang pangeran berkuda mesin yang datang diwaktu yang tepat. Ialah Rio Saputro.
6 tahun lalu.............
            “Reisya, sakit,Li!. Reisya kecewa berat. Reisya sedih, Reisya... hiks..hiks” aku menangis sesenggukan dipelukan Lila, sahabatku semenjak TK.
            “Reisya, sudah biarlah. Biarkan Mas Fatih bahagia dengan pilihan dan jalannya. Kamu sudah harusnya tutup buku, bukan dari sekarang ,seharusnya semenjak dulu. Dari awal Mas Fatih kan sudah kelihatan tidak seriusnya dengan kamu. Sudahlah, Sya , toh kita masih SMA kelas 2 , Sya. Pun kalau mau diseriusin kamu harus siap nikah juga, karena itulah salah satunya jalan untuk membuktikan keseriusan dalam mencintai seseorang. Emang kamu sudah siap nikah? Bangun aja masih kesiangan, cucian numpuk 2 minggu baru dicuci, piring berkarat baru dibersihkan, kamar Cuma ada tamu baru dirapiin.” Cerocos Lila.
            “Lila, aku serius , bukan begitu,Li. Aku ingin hubungan kami ini saling menjaga dan saling mempertahankan hingga kami kelak mampu menikah. Li, Mas Fatih sudah janji sama aku, tapi apa, Mas Fatih ninggalin aku demi cewek lain. Memang Li, kuakui perempuan itu lebih beragama tinggi daripada aku, tapikan aku masih belajar ,Li, aku sedang berproses untuk menjadi wanita yang saleha, aku tengah dalam masa hijrahku. Tapi dia, Li, dia tega tinggalkan aku. Li, padahalkan aku ini sudah banyak berubah,Li. Kenapa dia tega tinggalkan aku yang sudah lama sekali menyukainya. Kenapa dia berpaling ,Li, kenapa dia tidak menjadikanku sebagai ladang pahalanya? Padahal setiap nasehatnya selalu ku patuhi. Tapi , Mas Fatih tega tinggalkan aku”  ujarku yang membuat hatiku semakin tersayat.
            Bagaimana tidak, sudah sedari aku SD seseorang itu ada di dalam hidupku, layaknya lampu yang mencoba menerangiku dalam kegelapan dan kini sampai di usiaku yang tengah menempuh pendidikan di tingkat SMA. Ia sudah benar sangat berarti di dalam hidupku. Dia berhasil membuatku lebih dekat dengan Sang Rabb. Dia benar sudah seperti lampu dihidupku.
            Tapi sayangnya, semenjak ia pergi ke luar kota untuk melanjutkan studinya, ia jarang sekali menghubungiku, bukan karena teleponnya yang kehabisan baterai atau pulsa dan kuota, bukan, bahkan hampir di setiap malam dia selalu online,melainkan karena mungkin rasa bosan itu hadir menyelimuti hatinya, atau bahkan mungkin pesanku tertimbun oleh ratusan pesan dari penggemarnya yang masuk diteleponnya. Iya dialah, Mas Fatih. Ya dia, teman perempuannya bukan hanya satu dan yang mencintainya bukan hanya aku. Wajahnya yang menawan dan juga kecerdasannya mampu membuat  kaum hawa jatuh hati kepadanya.  Hingga beberapa malam kemarin ia bilang untuk menyudahi semua yang terjadi diantara kami, bukan karna ia lebih ingin menjaga jarak diantara kami karena Allah, bukan  itu, melainkan karena ia telah bertemu dengan seorang wanita dalam perjalanannya saat ia tengah mewakili kampusnya pergi ke Sumatera.
            Hancur, sedih, pilu, kesal, marah bercampur menjadi satu dalam hatiku. Kesehatanku menurun, pikiranku terganggu, terlebih dialah yang selama ini menjadi penyemangat dalam hari-hariku. Bukan hanya setahun , dua tahun, tetapi sudah 7 tahun lamanya. Kegalauan benar menyelimuti hatiku yang sedang patah ini. Aku kesal, sangat kesal, kesal ia meningalkanku. Kesal ia mengundurkan diri menjadi motivator yang coretan tangannya tak dapat lagi kubaca. Kesal ia lebih memilih wanita lain sudah lebih memahami islam dan cantik daripadaku. Kesal ia tak menjadikanku lagi sebagai ladang pahalanya untuk berceramah yang akan membuatku lebih dekat dengan Sang Rabb.
             “Sudahlah, Sya. Jodoh itu sudah ada yang atur. Mungkin ini sudah jalannya. Kamu harus berusaha keras melupakan Mas Fatih, kamu fokuslah sama pendidikanmu dulu, sudahlah lupakan cinta dulu. Percaya diwaktu yang tepat nanti Allah akan hadirkan seseorang yang tepat untukmu, seseorang yang terbaik untukmu, dan seseorang yang akan menghabiskan sisa hidupnya bersamamu. Percayalah pilihan Allah pasti yang terbaik. Jangan bersedih karena hal ini, Sya. Ingat, Mas Fatih itu belum sama sekali punya hubungan resmi yang diridhoi Allah sama kamu. Sudahlah.” Kata Lia menasehatiku yang tubuhnya semakin erat kupeluk.
            Waktupun terus berputar, hingga genap 2 minggu semenjak kejadian Mas Fatih meninggalkanku. Aku sibuk larut dalam berbagai aktivitas di sekolah, dari persiapan olimpiade sains, hingga berorganisasi. Untunglah ada kesibukan-kesibukan ini yang mampu membuat frekuensiku mengingat Mas Fatih berkurang. Namun, selain kesibukan itu, ada perihal lain yang membuatku lebih mampu lagi maju ke depan tanpa coretan motivasi dari Mas Fatih. Tak peduli se-berapa berantaknnya aku di 2 minggu itu , ia membuatku benar-benar lebih mampu menghadapi kesedihan ini. Perihal lain itu ialah seseorang. Seseorang  yang benar sangat menghormati wanita, dari cara berbicaranya yang lembut hingga kemampuannya menjaga jarak dengan wanita yang bukan mahromnya di era modern seperti ini. Seseorang itupun mampu membuat awan hitam dilangitku pergi, lari , dan menghilang. Bukan karena tampannya, ataupun suaranya yang sangat lembut, melebihi kelembutanku sebagai wanita, tetapi karena kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya. yang mampu membuatku seperti disetrum listrik dan tertawa  dengan kalimatnya yang menghibur. Seperti :
            “Kenapa sedih? Putus cinta? Gitu kok ditangisin. Nangis tuh ya karena dosa kita banyak sedangkan umur kita terus berkurang”
            “Nah kamu lebih milih nangisin cowok, daripada nangisin proposal kegiatan yang udah ditolak 10 kali, dan revisi 23 kali? Hebat kamu, Sya!!”
            “Reisya, sumur di rumah aku kering. Hari ini nangis lagi ya , lumayan kan sejam bisa dapet 2 ember buat cuci seragam. HEHEHE.”
            “Sya, ada lomba nangis tuh, hadiahnya lumayan lo!. Satu piring cantik dan pajak ditanggung panitia.”
            “Eh, Sya, mimik sedih kamu ini. Hm, benar-benar menghayati pas kayak benar-benar orang sedih plus susah. Bakat ini kamu,Sya. Yuk ikut aku duduk diperempatan jalan atau pinggiran toko pake baju bekas sambil seret kaki, wkwkwk”
            “ Sya, Allah bilang kamu kalau sedih suka mirip tikus di rumah aku. Nakutin ih. “
            “Reisya!!! Ikut aku ayo buruan!! Mumpung kamu lagi nangis!! Tuh ada bayi baru lahir ga mau nangis, siapa tau pas liat kamu nangis dia bisa ikut nangis juga, ayo!! Sya!!!”
            Dan masih banyak lain kalimat-kalimatnya yang nyeleneh tetapi cukup menghiburku. Hingga suatu ketika , saat organisasi yang kebetulan kami berdua ada sebagai anggotanya mengadakan jogging sehat pagi di alun-alun kota dan mewajibkan semua anggota untuk ikut tak terkecuali aku.
            Saat itu pukul 06.30 , acara utama yaitu jogging bersama sejauh 5 KM baru saja dimulai. Mulanya aku berjogging kecil sejajar dengan Lia yang pada kilo-meter ke 2 menyerah dan memilih berjalan pelan hingga aku 100 meter lebih depan daripadanya. Jadilah aku jogging sendirian selama 500 meter ke depan hingga dia tiba-tiba datang dan menyamai langkahku. Kala itu aku masih dalam keadaan berlari kecil dengan wajah yang murung masih saja merasakan sedih sekaligus sakit akibat ditinggal oleh Mas Fatih.
            “Sya!!” sapanya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapinya.
            “Allah ga suka hambaNya sedih, Sya. Apalagi Cuma masalah cowok! Dan parahnya belum halal. Toh ,Sya kalaupun seseorang itu memang benar jodoh kamu dia akan kembali denganmu dan bersamamu lagi. Tapi, kalau bukan , berarti Allah sudah siapkan seseorang yang terbaik buat kamu dan itu bukan dia. Sya, Allah jauhkan kita dari seseorang itu ada beberapa kemungkinan, diantaranya karena Allah sayang kita, Allah uji kita agar kita lebih tabah, agar kita juga bisa lebih dekat dengan Allah akibat kepatah-hatian kita. Gak seharusnya kamu terlalu bersedih seperti ini. Kamu taukan surah an-nur ayat 26? Lelaki baik untuk perempuan yang baik dan sebaliknya. Lelaki keji untuk perempuan yang keji dan sebaliknya. “ ucapnya menasehatiku. Akupun menghentikan lari kecilku dan memilih berjalan sembari mengatur nafas dan mencerna semua ucapannya.  Tak terasa air mataku kembali jatuh, tetapi hanya seberkas.
            “Kamu benar. Mungkin aku bukan yang terbaik untuk dia. Mungkin memang benar begitu. Seharusnya aku tidak terlalu memusingkan masalah ini. “ ujarku sembari tersenyum. Senyum yang cukup membuat hatiku lebih tabah lagi.
            “Jika kamu menyukai seseorang, berikhtiarlah dengan menyebut nama seseorang itu dalam setiap solatmu. Perjuangkan ia melalui doamu dan tikung dia dalam sepertiga malammu. Sya, jika kamu menyukai orang itu karena kesalehannya, kamu salah. Orang yang saleh gak akan pernah mau , Sya, pacaran walaupun berkedok ta’aruf. Dia akan lebih menjaga jaraknya, dia akan lebih banyak mendoakanmu agar bisa bersamanya bukan dengan lebih banyak mengirimkanmu pesan yang hmm... membuat lemah iman. Orang yang salehpun akan membuktikan cintanya lewat pernikahan, bukan dengan ta’aruf tapi masih lama banget nikahnya, kamupun belum siapkan dinikahi sekarang? Akupun begitu , Sya. Aku tengah menjadi pengagum dari seorang wanita. Taklah seorangpun tau kecuali aku dan Allah. Tak perlu kuumbar , tak perlu kusebutkan agar semua orang tau. Cukuplah Allah yang tau karena kebelum-siapanku untuk membuktikannya. Cukuplah sekarang aku berikthtiar dengan memintanya kepada sang Maha Cinta, memperbaiki diri, dan menyiapkan segalanya untuk menjadi imam terbaiknya. Biarlah perasaan yang belum pantas diucapkan ini menjadi cinta layaknya kisah Fatimah dan Ali. Tak ada yang tak mungkin, kalau jodoh ya Alhamdulillah, kalau bukan pasti ada ganti yang lebih baik. Toh, Allah selalu ngasih yang terbaik buat hambaNya. “ ucapnya lagi. lagi menasehatiku  yang jujur membuatku sadar.
            Dulu aku sempat berfikir dia adalah anak yang nakal , karena ia adalah murid baru pindahan dari jogja yang rumornya sengaja di pindah ke sekolahku ini karena kenakalannya yang hampir melampaui batas. Tetapi mungkin itu dulu, sekarang dia yang tengah berguyuran keringat ini sudah bukan dia yang dulu lagi. Mungkin hidupnya dulu sudah memberinya pelajaran hingga ia bukan dia dulu yang nakal. Sekarang hadir dia yang baru, dia yang lebih baik dan dekat dengan sang Rabb.
            “Lalu apa yang kamu bakal usahakan untuk seseorang yang kamu sukai?” tanyaku penasaran.
            “Aku akan pergi demi untuk kebaikanku dan dia. “ jawabnya yang membuatku menaikkan alis tak mengerti.
            “Maksudmu?”
            “Aku akan pindah lagi, Sya. Minggu depan aku akan dipindah lagi disebuah pondok khusus mantan anak nakal sepertiku. Memang , orang tuaku tak memaksaku untuk pindah lagi, tetapi ini murni kemauanku mengiyakan saran dari pamanku. “
            “Lantas apa maksudnya untuk kebaikan wanita itu?” tanyaku masih belum mengerti.
            “Rasa suka teramat kepada yang bukan mahrom itu sulit, Sya untuk ditahan. Apalagi aku hampir setiap hari bertemu dengannya. Sulit untukku yang masih baru istilahnya masuk lebih dalam ke dunia Islam. Memendamnya dan berusaha keras menahan diri darinya. Godaannya berat, apalagi dia benar seseorang yang belum pernah kutemui dalam hidupku. Seseorang yang benar ku kagumi. Lebih baik aku pergi dengan begitu jarak lebih terjaga dan aku bisa lebih fokus lagi memperbaiki diriku agar kelak Rabbi bisa menyatukanku dengannya. Dan untuk kebaikannya, aku tau tak semua wanita itu kuat akan keistiqomahan hijrahnya apalagi dijaman putih abu-abu ini. Aku takut akan datang disuatu masa saat imanku goyah dan diapun sedang ada di tahap lemah-lemahnya iman. Aku takut jika pertahananku goyah dan membawanya menuju hubungan tak halal yang malah akan membuatku dengannya jauh dari Sang Rabb. Maka dari itu biarlah aku pergi dan lebih fokus memperbaiki diriku, bukan hanya untuk wanita itu, tetapi juga untuk menjadi hamba yang benar-benar Allah harapkan. Biarlah doa , Sya yang kusemogakan menyatukan kami. “ jelasnya. Aku mengangguk mengerti.
            Angin pun mendadak berhembus, membuat pagiku tiba-tiba dalam suasana yang syahdu hingga terbesit sebuah harap bahwa akulah seseorang yang dia maksud dalam setiap ucapannya tadi. Entah kenapa, ada sebuah bagian di hati kecilku saat tau ia akan pergi.
            “Kamu benar akan pergi? Walaupun wanita yang kamu sukai memintamu untuk tetap disini?” ucapku tanpa sadar.
            “Hahaha. Suatu saat jika jalan pulangku dia, aku akan kembali lagi padanya. Sya, tunggulah seseorang. Ada seseorang yang sedang sangat keras dalam masa hijrahnya berharap engkau suatu saat nanti dapat bersamanya. Sya, tunggulah dia. “ ujarnya yang membuatku tak mengerti apa maksudnya. Aku benar-benar tak mengerti, iapun tak menjelaskan lebih  apa maksudnya mengucapkan itu . Malah ia kini telah berlari kecil dan sudah 150 meter jauhnya dariku. Meninggalkanku dengan ribuan tanda tanya.
            “Sya!!”
            Sebuah tepukan dipundakkupun datang membuatku kaget.
            “Lia! Iih!!”
            “Hahaha, kamu kenapa, Sya? Eh , betah banget ngobrol sama dia? Ngobrolin apa?” Tanya Lia kepo.
            “Mau tau aja urusan orang, ih! Udah Ah , yuk masih sekilo nih. Buruan” ajakku mengalihkan perhatian.
            Sejak itu aku tak lagi dapat berbicara dengannya, walaupun hanya sekedar bergurau seperti sebelumnya. Entah mengapa aku merasa dia menghindari hingga seminggu berlalu ia benar pergi dari sekolahku ini. dan entah kenapa separuh dari hatiku ada yang kosong saat ia pergi dengan mengenakan tas ransel berwarna biru lautnya.
            Hatiku kembali bersedih setelah berhasil ku repair  lagi. Tetapi , nasehatnya mengingatkanku atas pasal jodoh. Dan mulai saat kepergiaannya , di setelah sujud terakhirku dalam setiap waktu solat, entah atas dasar apa aku meminta kepada Sang Pencipta agar kelak aku dapat dipertemukan lagi dengannya dan bahkan mungkin dipersatukan  olehnya.
            Hari, minggu, bulan dan tahunpun kurasa berlalu dengan cepat. Sudah 5 tahun aku benar-benar tak mendengar kabar tentangnya , tetapi walau demikian hingga tahun ke-6 setelah kepergiaannya aku masih saja tak pernah absen mengulang doaku dan meminta agar Sang Rabb mempertemukanku dan mempersatukanku dengannya.
             Hingga pada tahun ke- 6 itu , Lia, sahabatku yang masih awet saja denganku memutuskan untuk membuat sebuah grup yang berisikan semua anggota seorganisasi saat masa SMA dulu, ya alasannya untuk mempererat kembali hubungan kami semua.
            Satu persatu tema-teman diorganisasi yang hilang kabarnyapun muncul kembali dengan kabar-kabar khas dari perjalanan hidup mereka masing-masing. Rupanya grup whatsapp ini sudah mempersatukan kami kembali. Hingga Rendi, teman sekelas dia dulu membuat grup ini heboh dengan pesannya yang berbunyi “Eh, Si Utro bentar lagi mau lamaran , lo! Doanya ya ceman-ceman. Nanti kita  kenikahnnya Si Utro bareng-bareng. Semoga diterima yah, lamaran Si Utro” . sontak pesannya itu membuat heboh semua anggota grup tak terkecuali aku yang sangat pernasaran, siapakah wanita beruntung tersebut . Rendi yang diserbu oleh teman-teman atas ke-kepoan mereka siapakah wanita itu hanya bisa mengirimkan emot nyegir digrup karena iapun hanya tau sebatas berita lamaran itu tak lebih.
            Jelas sekali dia  yang punya panggilan khusus Utro, itu membuat heboh kami. Karena ialah salah satu anggota diorganisasi kami yang secara tidak langsung menjadi anggota kesayangan kami walau tak genap 5 bulan ia berada di organisasi kami. Dan kabar itupun membuat hatiku kembali retak. Ternyata mungkin bukan akulah wanita yang ia maksud di hari minggu itu. Aku menangis sedih, tapi taklah aku seperti jaman dulu yang terisak berlebihan atas karena lelaki yang belum tentu menjadi imamku.
            Seminggu berlalu sejak kabar itu, tetapi belum ada kabar baru lagi tentangnya. Jelas hatiku dirundung sedih dan pilu serta resah juga penasaran siapakah wanita itu. dihari ke 7 setelah kabar itu aku bangun disepertiga malam dan kembali menangis atas kepatah-hatianku. Aku mengungkapkan betapa sedihnya aku , seseorang yang sudah kusemogakan dalam doaku taklah dapat terwujud. Tetapi kembali aku menyadarkan diriku, akan rencana manis Sang Rabb yang tak pernah salah memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Hingga rencana manis Sang Rabb yang kunantikan datang pada hidupkupun terwujud.  
            Pagi itu pukul 08.00 aku tengah merapikan tanaman-tanaman bunga di halaman depan rumahku. Sebuah mobil putih yang bermerek berhenti tepat di depan pagarku. Rasa penasarankupun muncul hingga seorang pengemudi mobil putih itu keluar dari dalam mobil itu disusul oleh beberapa orang lain.
            “Assalamualaikum. Sya” ucap seseorang itu yang ternyata ku kenali.
            “Wa.. wa. Waalaikumussalam wa..wa..rahmatullah.” aku setengah tak percaya melihat kedatangannya bersama 5 orang lainnya yang membawakan beberapa parsel ditangan mereka.
            “Sya, aku ga boleh masuk ya” ujarnya memecah lamunanku. Aku pun segera membuka pagar dan mempersilahkan dia masuk beserta rombongannya itu. Untung saja saat itu ruang tamuku baru saja selasai ku bersihkan.
            “Ca.. ca..cari siapa?” tanyaku yang masih mendadak gagu.
            ‘Kamu, ibumu dan abimu, ada?” jawabnya. Aku mengangguk lalu cepat kupanggilkan ibu dan abiku.
            Jujur saat itu ibu dan abimu pun kaget atas kedatangannya. Ibu dan abi dengan cepat berganti pakaian yang lebih pantas untuk menemui tamu, dan akupun memilih menuju dapur untuk menetralkan jantungku yang berdetak tak karuan ini , juga sekalian menyiapkan minum untuk mereka.
            Butuh 10 menit lamanya aku menyiapkan minum untuk mereka, bukan karena aku tak ahli , tetapi kegugupanku membuatku mendadak lupa bagaimana cara membuat minum yang enak untuk tamu. Untung saja ada adik lelakiku yang membantuku menyiapkan minum untuk tamu.
            Setelah menghidangkan minuman kepada dia  dan juga rombongannya yang ternyata keluarganya saat dia  memperkenalkanku kepada mereka ditengah aku menghidangkan minum tadi, abi pun angkat suara menyampaikan maksud kedatangannya yang mendadak ini.
            “Reisya, kamu siap? Sudah sarjana jugakan?” ucap Abi.
            “Si..si. siap? “ tanyaku.
            “Ihh, kamu ini, Sya. Masa gak paham kedatangan temen SMA kamu ini. Sudah bawa orang tuanya, bawa parsel itu. Apa semalem dia gak bilang dulu mau ke rumah?” kata abangku yang juga ikut berkumpul di ruang tamu.
            Hatikupun rasanya tak karuan. Aku paham. Aku sudah paham sangat sekali. Apa maksdunya datang kesini dan aku menemukan jawaban atas pertanyaanku sendiri. Pertanyaan atas apa maksudnya berbicara demkian di minggu itu, pertanyaan atas siapakah wanita yang akan ia lamar, pertanyaan akan kapankah rencana manis Sang Rabb menyapaku. Dan kini semua telah sudah terjawab dengan apiknya.
            “Mau.. maulah. I.. iya mau” ucapku dengan kekikukkanku dan dengan segala rasa senang yang memenuhi dada. Aku tersenyum dengan sangat lebarnya hingga aku tak tau bagaimana bersikap biasa, karena mungkin aku sudah melebihi pemilik senyum dari kalangan manusia yang tengah sakit jiwa.
            Aku melihatnya tersenyum malu kepadaku. Wajahnya yang 180 derajat lebih dewasa, lebih menawan dan berkharisma itu meluluhkan hatiku seketika.
            Dan kini seseorang itu tengah mengusap lembut bibirku yang sedikit menyisakan bekas makanan yang tak sempat masuk ke dalam mulutku.
            “Nah mau punya bayik, tapi makan aja masih belepotan” candanya.
            “Biarin “ balasku sembari memanyunkan bibirku ke depan membuatnya tertawa kecil.
            “Jangan, Bi. Jangan ketawa, jangan senyum , Bi. Hatiku nanti luluh, Bi sama senyummu” kataku menggodanya yang ia balas dengan mencubit kecil pipi tirusku.
            Inilah kisah dariku, Reisya, bukan, tetapi bakal calon ibu Reisya. Kepatah-hatianku tak lantas membuat imanku surut walau ku akui hampir saja begitu,tetapi karna itulah hatiku berhasil dibukakan oleh seseorang yang ku semogakan dalam setiap solatku. dan maha baik sang Rabb yang mengabulkan doaku hingga aku berhasil menjadi wanita yang RIO SAPUTRA peristrikan. Untuk besok, lusa dan selamanya.


penulis: Adinda Nur P.
IG : @adinda_nurpra
FB : Adinda Nurpra


Admin
Fatimah

Posting Komentar untuk "Cerpen-Akibat Patah Hati"