Orang yang pandai

Image From Google.com
Teringat ketika
kita masih kecil, maka orang tua kita sering mendoakan kita menjadi orang yang
pandai atau pintar. Memang kepandaian merupakan satu hal yang menjadi tolok
ukur kesuksesan seseorang. Tapi apakah kepandaian itu? Mungkin dari kita ada
yang menghitung berdasarkan IQ. Tapi kasihan juga orang yang ditakdirkan
dilahirkan dengan IQ yang rendah, mereka tidak akan pernah menjadi orang
pintar. Bahkan kepintaran dijadikan iklan obat anti masuk angin.
Yang menarik
dalam Islam, kepandaian itu dapat diraih oleh setiap orang, walaupun IQ nya
tidak tinggi. Kepandaian itu mengandung sejuta arti. Tergantung perspektif kita dalam
memandang. Dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang
pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk
kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya
mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Imam
Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)
Jadi ada dua
parameter orang yang pandai yaitu orang yang sering bermuhasabah dan melakukan
amal untuk persiapan setelah meninggal.
Muhasabah
Muhasabah dari
kata hisab yang berarti perhitungan atau melakukan evaluasi. Kesibukan
aktifitas kita terkadang melupakan kita untuk mengevaluasi sejauh mana progres
aktifitas dan menilik hal apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Padahal
evaluasi itu perlu dilakukan, agar kita bisa bernafas dan menata ulang
kehidupan kita.
Al Quran
menyuruh kita untuk muhasabah [QS. Al-Hasyr 18]:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
Sahabat Umar
r.a. berkata:
”Hisablah
(evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah)
kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan
menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di
dunia.”
Pernyataan
sahabat Umar r.a. diatas bermakna bahwa semakin sering kita melakukan muhasabah
maka semakin lebih sering memperbaiki diri dan semakin ringan hisab di yaumil
akhir. Oleh karena itu, muhasabah bisa dilakukan tiap hari, pekanan, bulanan
atau tahunan.
Muhasabah tidak
hanya bermanfaat untuk akhirat tapi juga untuk kehidupan dunia. Bill Gates,
seorang milyuner, selalu menyempatkan untuk beristirahat seminggu atau “think
week” dalam enam bulan sekali dari kepenatan di perusahaannya, Microsoft.
Dia akan beristirahat disuatu tempat yang sunyi dan membaca buku sekitar 18 jam
sehari. Dari kesempatan untuk berkontemplasi tersebut, muncul ide-ide segar
dalam pengembangan software.
Beramal untuk
Bekal
Selain itu,
Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action
after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan
hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas
dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang
terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang
muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak
lanjut atau perbaikan.
Orang yang
pandai bukan hanya bisa bekerja atau mengumpulkan harta, tetapi orang yang juga
beramal sholeh untuk hari kemudian. Orang tersebut akan sibuk beraktifitas dan
juga berinfaq atau membantu sesama agar mendapatkan pahala di hari akhir. Dalam
surat Al Qashash 77, Allah SWT berfirman:
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
Bahkan dalam
ayat ini disebutkan keutamaan terhadap bekal di dunia, dengan tidak melupakan
kebahagiaan di dunia. Beginilah pola hidup yang patut ditiru sehingga terjadi
keseimbangan dalam kehidupan kita agar kebahagiaan di dunia dan akhirat bisa
diraih.
Secara ringkas,
kepandaian yang hakiki dapat dicapai oleh setiap orang. Kepandaian itu dapat
digapai dengan melakukan muhasabah secara berkala dan beramal untuk kehidupan
di dunia dan akhirat. Semoga kita mendapatkan petunjuk dari Allah SWT untuk
menjadi seorang muslim yang pandai.
Sumber : Buletin SMK Muhammdiyah 2 Karanganyar edisi November 2014 dengan
penambahan seperlunya dari editor
Ed : ( Sw )
Posting Komentar untuk "Orang yang pandai"