Intregrasi Keilmuan IPM
ARTIKEL KEILMUAN
DISUSUN OLEH:

NBA. 11.13.36946
KETUA BIDANG KAJIAN DAKWAH
ISLAM
PIMPINAN DAERAH IKATAN
PELAJAR MUHAMMADIYAH
KABUPATEN KARANGANYAR
A.
PENDAHULUAN
Disaat ilmu diharapkan mampu menjawab semua tantangan perkembangan zaman,yang
terjadi malah dikotominasi ilmu. Adalah suatu ketimpangan ketika ilmu agama
disendirikan dan dipisahkan dari ilmu umum yang pada kenyataannya mempunyai
keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan karena eksistensinya yang saling
komplementif. Hal ini berangkat dari motif sebuah asumsi baha kajian agama
dinilai tidak ilmiah oleh saintis dan agama sendiri sering memandang ilmu
sebagai kebenaran yang tidak harus diikuti karena tidak berasal dari langit.
Integrasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris –integrate;
integration- yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi
integrasi yang berarti menyatu-padukan; penggabungan atau penyatuan menjadi
satu kesatuan yang utuh; pemaduan.Adapun secara terminologis, integrasi ilmu
adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu,
dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang bercorak agama dengan ilmu-ilmu
yang bersifat umum. Ilmu agama dan ilmu umum ini adalah
upaya untuk meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang diakibatkan pola
pikir pengkutupan antara agama sebagai sumber kebenaran yang independen dan
ilmu sebagai sumber kebenaran yang independen pula.
Hal ini karena –sebagaimana dijelaskan diawal pendahuluan- keberadaannya
yang saling membutuhkan dan melengkapi. Seperti yang dirasakan oleh
negara-negara di belahan dunia sebelah Barat yang terkenal canggih dan maju di
bidang keilmuan dan teknologi, mereka tergugah dan mulai menyadari akan perlunya
peninjauan ulang mengenai dikotomisme ilmu yang terlepas dari nilai-nilai yang
di awal telah mereka kembangkan, terlebih nilai religi. Agama sangat bijak
dalam menata pergaulan dengan alam yang merupakan ekosistem tempat tinggal
manusia.
Meninjau begitu urgennya kapasitas agama dalam kehidupan manusia, maka
sepatutnya agama dikembangkan sebagai basic nilai pengembangan ilmu. Karena
perkembangan ilmu yang tanpa dibarengi dengan kemajuan nilai religinya,
menyebabkan terjadinya gap, jurang. Akibat meninggalkan agama, ilmu secara
arogan mengeksploitasi alam sehingga terjadi berbagai kerusakan ekosistem.
Pemisahan
kedua ilmu tersebut dikarenakan oleh anggapan bahwa Sains danAgama memiliki
cara yang berbeda baik dari pendekatan maupun dari pengalamannya. Dan perbedaan
ini kemudian menjadi sumber perdebatan yang tak kunjung selesai, dengan kata
lain, Sains bersifat deskriptif dan Agama bersifat preskriptif. Akibatnya
lembaga pendidikan ‘hanya’ melahirkan seorang ulama yang ulama, dan
ilmuan yang ilmuan. Islam tidak mengenal
dikhotomi, Al-Qur’an dan hadits tidak membedakan ilmu agama dan ilmu umum.
Dalam Islam ilmu adalah terintegrasi dan terpadu secara nyata. Tuhan, manusia dan alam adalah rentetan yang
terpadu. Karena itu dalam Islam mempelajari ilmu agama tidak harus meninggalkankan
ilmu umum, begitu juga sebaliknya, sehingga melahirkan generasi yang beragama
sekaligus berilmu, demikian juga sebaliknya.
B.
KONSEP
Konsep integrasi ilmu
diimplementasikan dalam berbagai level,antara lain:
1. Level Filosofis
Integrasi pada
level filosofis dalam wacana keilmuan bahwa di dalamnya harus diberikan nilai
fundamental eksistensial dalam kaitannya dengan disiplin keilmuan lain dan
dalam hubungannya dengan nilai-nilai humanistik. Ilmu fiqh misalnya, di samping
makna fundamentalnya sebagai filosofi membangun hubungan antara manusia, alam
dan Tuhan dalam ajaran Islam.
2. Level Materi
Implementasi integrasi dan
interkoneksi pada level materi bisa dilakukan dengan tiga model interkoneksitas
keilmuan antar disiplin keilmuan yaitu :
a.
Pertama, model
pengintegrasian ke dalam paket kurikulum, karena hal ini terkait dengan lembaga
penyelenggara pendidikan.
b.
Kedua, model
penamaan disiplin ilmu yang menunjukkan hubungan antara disiplin ilmu
umum dan keislaman.
c.
Ketiga, model
pengintegrasian ke dalam pengajaran disiplin ilmu. Model ini menuntut dalam
setiap pengajaran disiplin ilmu keislaman dan keagamaan harus diinjeksikan
teori-teori keilmuan umum terkait sebagai wujud interkoneksitas antara
keduanya, dan begitupun sebaliknya.
C. TUJUAN
1. Menciptakan wadah untuk mengapresiasi potensi
dan minat pelajar dalam bidang keilmuwan dan tulis menulis.
2. Mewujudkan kader Ikatan yang memiliki
kepekaan dan tradisi berfikir kritis terhadap realitas yang ditopang oleh basis
ilmu pengetahuan dan intelektualitas.
3. Mengembangkan dan meningkatkan berbagai ragam
minat dan potensi kader Ikatan sehingga terwujud kader-kader yang kompeten
dalam berbagai bidang Ilmu Pengetahuan,Tekhnologi serta religi.
4. Membentuk pelajar yang berwawasan luas dan berkemajuan
tanpa menyampingkan ilmu umum dan ilmu agama.
D. BENTUK AKSI
1. Kajian berkala sebagai ruang tukar-menukar
pengetahuan dari penulis buku, teman sebagai pembelajaran untuk berani
mengungkapkan pikiran. Kajian berkalan bias dilakukan bulanan atau mingguan
dengan tema tertentu.
2. Membentuk Komunitas kreatif untuk
mengaktualisasikan potensi kader seperti kelompokkelompok ilmiah pelajar (KIP),
komunitas liqo’ buku, Kelompok pecinta Cerpen (KPC), Kelompok pecinta puisi/
sastra dan sebagainya.
3. Mengadakan Aktivitas Bedah Buku untuk
merangsang minat membaca dan mengapresiasi suatu karya tulis dan memberikan
penilain yang kritis terhadap buku. Cara membaca yang baik adalah mendiskusikan
apa yang telah dibaca.
4. Melakukan aktifitas rekreatif dengan mengajak
pelajar ke tempat-tempat yang benuansa imajinatif, terkesan santai tapi serius,
seperti berkunjung ke pusat-pusat perbukuan, toko buku, perpustakaan komunitas,
silaturahmi tokoh, wisata baca. Selain itu aktivitas rekreatif dimaksudkan
untuk menciptakan karya tulis tertentu dengan melakukan wawancara kepada
komunitas, membaca alam, dan lain-sebagainnya.
E. PESERTA
Peserta atau sebagai
target gerakan adalah basis massa IPM (ranting) dan juga kader di semua
tingkatan baik ranting, cabang, daerah. Wilayah dan pimpinan pusat.
F. RUANG
LINGKUP
Lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat.
G. PENUTUP
Gerakan
integrasi keilmuan IPM yang diharapkan dapat membentuk kesadaran kritis
dikalangan pelajar sehingga mampu menyeimbangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan religi secara seimbang. Akhirnya, berangkat dari
ketidaksempurnaan, yakni segala sesuatu tiada yang sempurna kecuali dzat-Nya,
maka terlebih artikel ini. Artikel yang disusun oleh sesuatu yang tidak
sempurna ini, tentu tidak wajar apabila tidak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, penulis memohon maaf atas segala keterbatasan. Di samping itu, penulis pun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan pembaca guna
meningkatkan kualitas penyusunan artikel penulis di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Islamic Studues Di Perguruan Tinggi:
Pendekatan Integratif-Interkonektir (Yogjakarta; Pustaka Pelajar, 2016).
Disampaikan pada Screening TM 3
Penulis : Afifuddin
Facebook : Afif Afif
Posting Komentar untuk "Intregrasi Keilmuan IPM"