Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ku Pilih untuk memantaskan diri

apa itu ta'aruf, taaruf dalam islam, tata cara ta'aruf

“Kamu jahat kak, kenapa kamu setega ini? Selama ini aku sudah percaya bahwa kamu bukan laki-laki seperti mereka yang bisa seenaknya mempermainkan hati wanita.”

Kurang lebih seperti itu kalimat-kalimat yang ku lontarkan dari mulutku yang begitu gemetaran pertanda sesak di dada yang tak tertahankan ditambah air mata yang tak ingin berhenti mengalir. Aku seolah tak percaya laki-laki yang selama ini sudah mantap di hatiku, laki-laki yang aku pikir benar-benar serius tega melakukan ini semua.

Kami menjalin hubungan ini kurang lebih 7 bulan, hubungan yang entah apa namanya. Dibilang pacaran bukan, karena memang selama ini belum pernah ada segelintir kata yang terlontar dari mulut laki-laki berkulit gelap itu yang menggambarkan untuk mengajak aku berpacaran. Disebut sebagai teman juga tidak mungkin orang-orang tidak akan percaya, bagaimana tidak setiap hari kami chattingan, telponan tiap malam, jalan bareng, nemenin dia hunting foto (dia kan hobby photography), belum lagi waktu aku sakit dan sempat dirawat beberapa hari di puskesmas laki-laki yang umurnya terpaut 7 tahun lebih tua dari aku ini benar-benar menghabiskan waktunya di puskesmas untuk jagain aku. Jadi bagaimana mungkin orang lain bisa percaya ketika kami selalu saja membantah bahwa kami ini bukan dua sejoli yang sedang berpacaran. Meskipun begitu sebut saja namanya “Teddy” memang sempat membuat pengakuan ke sahabat-sahabatnya bahwa kami memang sudah berpacaran dan si Teddy ini bersedia untuk melamarku 2 tahun kemudian setelah aku lulus kuliah.

Sebenarnya sebelum bersama Teddy aku sempat menjalin hubungan dengan beberapa laki-laki yang berstatus sebagai senior di kampus tempat aku kuliah, namun selalu saja aku dikecewakan. Hingga akhirnya aku sempat membuat komitmen untuk tidak pacaran lagi sebelum lulus kuliah, aku capek dikecewakan terus sama laki-laki yang kerjanya cuma datang ngajakin aku terbang lalu setelah aku ikut terbang akupun dihempaskan begitu saja (kayak lagu yaa? Haha). Tapi entah kenapa yang namanya setan tuh benar-benar handal sama yang namanya menggoda. Setelah aku putus sama pacarku si Teddy tiba-tiba datang mengisi hari-hariku dengan selalu menyempatkan diri untuk meninggalkan komentar di setiap status yang aku buat di akun media sosialku terutama di BBM. Teddy seolah2 memang selalu menunggu untuk aku membuat status baru di BBM agar dia bisa yang berujung chatting sepanjang hari. Nah dari situlah semuanya berawal, komitmen untuk tidak ingin berpacaran dlu sebelum lulus kuliah perlahan-lahan hilang karena telah termakan oleh kata-kata Teddy dan tentunya sudah berhasil tergoda oleh setan. Mereka seakan berpesta merayakan kekalahanku ini.

apa itu ta'aruf, taaruf dalam islam, tata cara ta'aruf

Begitulah yang terjadi selama kurang lebih tujuh bulan lamanya kami semakin dekat, akupun mulai sayang dan berharap dialah laki-laki yang kelak akan menjadi imamku. Tiga atau dua bulan pertama si masih aman, di Teddy nggak pernah sama sekali nyentuh aku pegang tangan pun nggak. Sampai akhirnya pada suatu pagi aku bertandang ke kediamannya untuk sekedar mengembalikan hardisk yang sempat aku pinjam beberapa hari yang lalu. Namun tak disangka aku betah untuk tinggal berlama-lama disana, Teddy yang nampaknya ngantuk memilih untuk berbaring dengan jarak kurang lebih satu meter dari tempat dimana aku duduk. Suasana di rungan itu rame karena suara TV yang volumenya 25 atau 30 mungkin hehe… tapi kami berdua sama-sama diam tanpa kata, kami hanya fokus pada TV, dan tiba-tiba dia meraih dan menggenggam tangan aku. Aku kaget bin deg-degan saat itu sembari bingung kenapa kok tiba-tiba Teddy berani genggam tangan aku. Berkali-kali aku berusaha untuk melepaskan genggaman itu namun semakin erat pula genggamannya. Lagi-lagi karena setan sudah menjadi pemeran utama kamipun larut dalam suasana itu. Meskipun begitu selama kami menjalin hubungan kami nggak pernah lebih dari sejedar pegangan tangan dan kadang-kadang aku nyandar-nyandar dikit di bahunya, upss!! Ya Allah sungguh yang kami lakukan ini salah, benar-benar salah kami menyadari itu dan kami sempat berpikir untuk “udahlah cit kita mungkin baiknya nggak usah keseringan ketemu deh, karena semakin kita sering ketemu semakin banyak juga dosa yang kita perbuat” aku setuju tapi “aku sih setuju kak, tapi apa kakak yakin? Apa kakak tahan gitu lama-lama nggak ketemu aku?” kataku dengan nada menggoda.

Kami pun benar-benar nggak ketemu selama satu minggu bukan karena kami benar-benar menjalankan apa yang sempat kami rencanakan tapi karena aku sakit dan harus pulang ke kampung halaman. Ditambah lagi belum cukup seminggu aku di kampung Teddy nelpon aku pagi-pagi buta nanyain keadaan aku gimana dan ternyata tujuannya selain nanya kabar ternyata dia juga mau pamitan ke Surabaya selama seminggu untuk Diklat. Berarti totalnya kami nggak ketemu kurang lebih dua minggu, Ya Allah perasaan rindu pun menghantui rasanya ingin cepat-cepat ketemu. Meskipun sibuk Teddy masih saja nyempetin untuk kasih kabar walaupun hanya via chat tapi setidaknya bisa melepas sedikit rindu. Dua minggu berlalu aku sudah balik ke kampus dia pun sudah balik dari Surabaya. Kami nggak langsung ketemu waktu itu, kami baru bisa ketemu setelah dua atau tiga hari.

Beberapa minggu setelah diklat di Surabaya kembali Teddy menelponku pagi-pagi buta dan kembali pamitan untuk keluar kota “Ya ampun keluar kota mulu ngapain sih?” aku menggerutu dalam hati. Pagi itu dia pamitan mau berangkat ke Bogor untuk melaksanakan Prajabatan selama tiga minggu “Ya Allah itu mah bukan waktu yang sebentar,” lagi-lagi aku menggerutu dalam hati. “kak kok lama banget, 4 hari aja rasanya lama kak apalagi 3 minggu,” protesku tapi dia hanya tertawa dan berkata “nggak kok nggak lama”.

Sudah tiga hari Teddy di Bogor, terakhir dia nelpon aku ketika baru saja tiba di hotel setelah itu nggak pernah ngasih kabar lagi tapi saat itu aku berpikir dia kan lagi prajabat pasti sedang sibuk makanya nggak punya waktu untuk nelpon atau sms. Nggak ada sedikit pun celah dipikiran aku untuk memikirkan hal-hal negatif tentang Teddy hanya karena nggak pernah ngabarin. Satu minggu berlalu Teddy masih saja nggak ngasih kabar jadi aku putuskan untuk sms dan bertanya lagi sibuk atau nggak, selang beberapa menit pun membalas dan ternyata dia lagi terima materi “jam segini terima materi, ya ampun udah jam 10 malam keles… kasian teddy pasti capek”. Setelah itu akupun menggalau karena Teddy tak kunjung ngasih kabar akupun mulai curhat ke teman aku karena aku rasa dia sudah kelewatan waktu Diklat aja sesibuk apapun itu dia pasti sempain untuk ngasih kabar ke aku. Akupun teringat yang dia sampaikan ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami BBMan

“Cit di ruangan aku ada cewek cantik banget, putih, mancung, aku takut tergoda”

“Tergoda aja sana, pulangnya aku jadiin sate kamu”

“ini aku serius cit”

Waduh ini semakin membuatku khawatir, aku takut perubahannya ini ada hubungannya dengan cewek cantik itu tapi aku tetap saja yakin dan percaya bahwa Teddy nggak mungkin sebejat itu. Dua minggu berlalu, sekarang sudah minggu ketiga dan beberapa hari lagi dia pulang, sewaktu aku di kampus tiba-tiba teman aku memperlihatkan foto seorang wanita yang kalau menurut aku untuk diberi predikat cantik banget itu nggak bisa karena memang wajahnya biasa aja bukan karena aku cemburu sama dia, hanya saja karena dia selfie pake kamera C360 mungkin makanya wajahnya terlihar begitu kinclong. Aku kembali dilanda rasa takut dan khawatir ini ada hubungannya dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.

Pagi-pagi buta aku dibangunkan oleh handphoneku yang berdering dengan nada khusus yang ku pasang untuk Teddy, dia ngasih tau bahwa hari ini dia sudah mau balik. Aku senang meskipun masih ada perasaan khawatir karena perubahan yang begitu terpampang nyata dihadapanku kalo kata Syahrini Haha.. dia sudah balik dari Bogor dan masih saja seperti itu, kekhawatiranku pun semakin menjadi-jadi bagiku ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Kalaupun sebelumnya saya tidak begitu mempermasalahkan perubahan ini karena menurutku dia sedang sibuk tapi sekarang apa lagi alasannya untuk tidak menghubungiku. Malam itu aku memutuskan untuk menelpon adiknya dan cerita semua hal yang mengganjal di hati aku, adiknya berusaha meyakinkan bahwa kakaknya nggak berubah sedikitpun tapi tetap saja firasat seorang cancer itu kuat, firasatnyanya nggak pernah melenceng kalaupun melenceng itu karena khilaf. Ditengah obrolan kami dia menjelaskan bahwa memang ada wanita yang sering berhubungan dengan Teddy, mereka kadang telponan, kadang chattingan meskipun obrolannya nggak lebih dari hal-hal seputar prajabatnya kemarin. Hati ini pun seolah meronta seraya berkata “nggak salah lagi dialah pemeran utamanya”.

Beberapa hari kemudian  seusai shalat magrib aku berusaha menghubunginya via telpon, dia menjawab telpon aku tapi setelah beberapa menit dia minta izin untuk mengangkat telpon salah satu rekan kerjanya dan meminta aku mematikan telpon dan berjanji akan menelpon balik. Aku ikuti semua cara mainnya, setelah aku rasa cukup lama kok dia belum menelpon juga saya rasa nggak masuk akal kalau hanya untuk membicarakan masalah kantor sampai selama ini jadi aku memutuskan untuk misscalled ke nomornya. Berkali-kali aku misscalled tapi dia tak kunjung menelpon sampai akhirnya aku ketiduran. Akupun semakin kacau dan semakin khawatir dia benar-benar sudah nggak pernah lagi menghubungiku, aku nggak tau harus bagaimana. Aku curhat ke salah satu sahabat aku dia memberi saran agar aku ketemu sama Teddy lalu membicarkan semuamya biar masalah ini bisa kelar. Aku mengikuti saran sahabatku itu, aku yang juga sudah membulatkan tekad untuk berhenti menghubunginya juga langsung buka BBM search kontaknya dan mengetik pesan dengan perasaan yang campur aduk, aku meminta agar malam ini kami ketemu. Malam itupun kami ketemu tapi sama sekali nggak ada hasil. Aku semakin galau dan kembali meminta agar malam ini kami bisa ketemu untuk klarifikasi semua pertanyaan yang ada dibenakku. Malamnya aku ketemu lagi tapi kali ini aku memutuskan untuk berangkat sendiri lebih dulu aku nggak mau lagi berangkat bareng dia. Sesampainya aku di tempat biasa kami ketemu aku harus menunggu satu jam lebih karena dia ada urusan penting tap aku tetap menunggu sampai dia datang.

Akhirnya dia datang dan berjalan dari belakang, meskipun aku sudah mengetahui kedatangannya tapi tetap saja aku sibuk dengan handphone dengan headset yang sejak tadi tidak pernah terlepas dari telinga. Dia pun duduk disamping aku sambil melemparkan senyuman tak bersalahnya ku balas dengan senyumanku yang asam manis bagaikan jus jeruk. Disitu aku cerita apa-apa yang mengganjal, aku pun bertanya penyebab kenapa dia berubah “kak kamu kok akhir-akhir ini berubah, semenjak kamu prajabat kamu nggak pernah lagi hubungin aku aku ngerti kalo kamu sibuk tapi kan setidaknya kamu ada waktulah sedikit untuk aku. Kemarin aja waktu kamu Dilklat kamu selalu nyempetin kok untuk hunbungin aku tapi kok sekarang beda? Apa kamu sesibuk itu yaa? Dia hanya terdiam sambil memandangi aku dengan tatapan yang aku nggak ngerti maksudnya. Berkali-kali aku bertanya tetap dia tak melontarkan sepatah kata pun “kak kamu kenapa? Ngomong dong kalo memang aku ada salah, ada yang nggak kamu suka dari aku? Kamu ngomong dong biar aku nggak terlihat kyak orang bodoh gini yang ngomong sendiri” dia tetap tidak menjawab dan aku bertanya untuk yang terakhir kalinya karena memang pertanyaan ini dia langusng menjawabnya dengan wajah yang menunjukkan ekspresi sangat bersalah “kak kamu jawab yaa? Aku mau tanya lagi? Kamu kenapa berubah? Kamu udah bosan? Kamu udah nggak sayang lagi? Atau ada something……. belum selesai aku bertanya dia langsung menjawab “bukan something tapi someone” sontak perasaan dan hati aku teriris sambil berkata “pasti dia kan?” sambil meneteskan air mata. Dia hanya terdiam menunduk seperti menyesali semuanya, aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi aku hanya bisa terisak dan nggak mau memandanginya lagi.

Tiba-tiba dia menyodorkan handphonenya dan memperlihatkan chattingannya dengan perempuan itu “Ted, tolong sampaikan permohonan maafku ke Citra, aku sangat minta maaf” dalam hati aku menggerutu “bodoh”. Teddy akhirnya angkat bicara dia mengaku bahwa wanita itu mengetahui hubungan kami, teddy pun sempat berkenalan dengan pacar yang bisa dibilang calon suami wanita itu. Akupun segera meminta kepastian karena aku takut setelah ini aku masih saja berharap, lantas aku meminta Teddy untuk memilih aku atau wanita itu dan setelah berkali-kali aku bertanya diapun menjawab dengan nada agak pelan dan raut wajah penuh penyesalan “DIA” aku memang sedang duduk di atas balkon auditorium tapi rasanya aku seperti jatuh terhempas ke bawah. Tanpa berpikir panjang aku menghapus air mata yang sedari tadi tidak pernah berhenti mengalir lalu berdiri dan meninggalkan tempat itu tanpa sepatah kata pun. Teddy sempat mengejar tapi sepertinya dia membiarkan aku pergi berharap agar aku bisa menenangkan diri. Sesampainya di depan asrama pemberitahuan khusus dari WA masuk di handphoneku aku segera membukanya itu messeage dari teddy dia minta maaf karena telah jadi pecundang. Aku hanya mengabaikan messeage itu dan baru membalasnya seteah perasaanku sedikit tenang setelah mendapat pelukan dari sahabat-sahabatku di asrama.

“sudahlah kak terima kasih sudah pernah hadir di hidupku, saya hanya ingin kamu sampaikan terima kasihku ke wanita itu karena dia telah membantuku untuk mengetahui mana orang yang pantas untuk dipertahankan dan diperjuangkan”

Kenapa aku bilang seperti itu? Aku hanya berusaha mengingatkan kembali apa yang sering dia katakan ke aku ketika aku bertanya apakah dia serius akan menunggu aku sampai lulus kuliah atau tidak tapi dia selalu bilang “cit, karena ada orang yang memang pantas untuk dipertahankan dan diperjuangkan”.

Aku sangat terpuruk setelah kejadian itu aku terus-terusan menangis di dalam kamar sampai-sampai aku nggak ke kampus karena aku malu dengan keadaan mata yang bengkak seperti ini. Sebelum aku akhirnya menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang bertumpuk dipikiranku setiap setelah shalat aku selalu meminta kepada Allah agar kami diberikan yang terbaik untuk hubungan ini, agar kami diberikan jalan keluar untuk masalah yang sedang kami hadapi, tak jarang aku meneteskan air mata, Astaghfirullah begitu berlebihannya aku dalam mencintai dan berharap kepada makhluk ciptaan-Nya. Dan sekarang setelag saya tahu semuanya saya tak henti-hentinya mengucap syukur karena telah diberikan jalan keluar dan mungkin inilah yang terbaik untuk kami, inilah jalan yang Allah pilihkan untuk kami. Aku hnaya tak berhenti meminta agar diberikan keikhlasan, kesabaran, dan kekuatan untuk melalui semua ini, aku ingin bangkit, aku tak ingin terus-terusan larut dalam kesedihan.

Akupun perlahan-lahan bangkit meskipun awalnya untuk melihat wajah teddy saja aku seperti tidak sudi tapi aku sadar inilah jalan yang Allah pilihkan, Allah masih sayang kepada kami, Dia tidak ingin kami terjerumus lebih dalam dalam lubang perzinaan karena yang saya tau pacaran adalah awal dari perzinaan. Alhamdulillah sekarang silaturrahmi kami kembali membaik meskipun terkadang masih ada sesak di dada ketika mendengar kabar burung tentang hubungan mereka berdua yang sudah semakin dekat. Tapi aku hanya bisa berdoa kepada-Nya agar senantiasa diberikan kesabaran, kalaulah memang Allah meridhoi untuk kami berjodoh makan suatu saat nanti kami akan dipertemukan dalam keadaan yang lebih pantas. Setelah kejadian ini aku benar-benar kembali membulatkan tekad Insya Allah aku tidak ingin terlalu jauh untuk memikirkan soal jodoh terlebih usiaku masih muda 19 tahun, masih banyak mimpi dan cita-cita yang harus aku capai. Jika doa bisa menolak takdir, apa susahnya Allah membolak-balikkan hati hambanya.

( Citra WRDN )
Dengan pengubahan seperlunya dari editor

Posting Komentar untuk "Ku Pilih untuk memantaskan diri"