Antara Pejuang Pena dan Jurnalistik

Image From https://www.facebook.com/SmkMuh2Karanganyar/
Pdipmkra.org—Organiasi dan Ekstra kulikuler disekolah banyak
jenisnya. Diantara Organiasi yang ada di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar Ada HW / Hizbul
Wathan ( Pecinta Tanah Air ), IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah ), TSPM ( Tapak
Suci Putera Muhammadiayah ), PBB , PMR ( Palang Merah Remaja ) dan Eskul Jurnalistik. Organisasi yang berbasis pelajar tersebut berfungsi
sebagai penyalur dan perangsang Kreativitas Siswa disekolah.
Berorganisasi memang banyak pilihannya. Ekskul dan Organisasi di
sekolah juga harus mampu memberikan life skill (kecakapan hidup) kepada siswa setelah
selesai mengikuti kegiatan tersebut. Apalagi tidak semua lulusan sekolah dapat
meneruskan pendidikannya. Artinya, apabila tidak meneruskan sekolahnya –dengan
bekal kegiatan ekskul di sekolah– dapat menjadi bekal hidup setelah lulus.
Diantara ekskul yang dapat menyalurkan bakat minat sekaligus memberikan life skill adalah
jurnalistik.
Lalu
Bagaimana Posisi Eskul Jurnalistik ? Sebagian
sekolah, ekstrakurikuler (ekskul) jurnalistik masih dianggap asing. Hal ini
wajar, karena sejak lama ekskul di sekolah masih mengedepankan keinginan
birokrat pendidikan daripada kepentingan peserta didik. Akibatnya, siswa
mengikuti ekskul yang penting hadir dan hanya menggugurkan kewajiban.
Seharusnya ekskul di sekolah dapat menyalurkan bakat serta minat siswa bukan
karena terpaksa.
Dalam hal penyaluran bakat minat, ternyata ketertarikan siswa
dalam jurnalistik sangat besar. Buktinya, di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar
ketika membuka ekskul jurnalistik pertama kali pada tahun 2017 sampai sekarang (Februari
sampai bulan Juni 2017 ) ternyata tidak pernah sepi dari peminatnya bahkan di
luar target. Berarti Eskul ini Masih Baru ?. Memang Eskul Jurnalistik di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar adalah
eskul baru yang dirintis oleh siswa kelas 3 yang tergabung dalam Majelis
Pustaka dan Informasi PDM ( Pimpinan Daerah Muhammadiayah ) Karanganyar,ada
yang berasal dari kontributor KabarDuaBelas , Lembaga
Tim Media IPM ( Ikatan Pelajar
Muhammadiayah Karanganyar bidang PIP) , Siswa yang telah mengikuti pelatihan Jurnalistik Majalah dan lain lain.
Beliau diantaranya Hadi Prayitno, Sugio, Winahyu, Very Haryanto, Satrio Wibowo,
Muhammad Amin, dan lain- lain . Dengan kesamaan motivasi untuk jihad literasi
dan dakwah bil qalam akhirnya merintislah eskul Jurnalistik di sekolah-
sekolah. Diantara salah satunya di SMK Muhammadiyah 2
Karanganyar . Pembina Jurnalistik sendiri berasal dari Guru Bahasa
Indonesia SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar. Beliau
adalah Rohwitri,S.pd , Ribut, S.Pd , Siti Rochana, S.Pd . Ketiga Guru tersebut
selain sebagai pembina dan pelatih Eskul Jurnalistik, juga sebagi pembina Karya
Tulis Ilmiah.Pembinaan dengan Hikmah membuat peserta jurnalistik merasa nyaman.
Karya karya nya dapat di lihat di Mading ( Majalah dinding sekolah, pelatihan –
pelatihan jurnalistik, Galery Foto
Sekolah, Pelatihan Media seperti blog dan website, pelatihan reportase Wasis (
Wartawan Siswa ), Antologi Puisi, liputan kegiatan sekolah, Software/aplikasi
edukasi dan lain -lain. Saat ini eskul jurnalistikSMK Muhammadiyah 2 Karanganyar sedang
merintis Buletin Sekolah, Mading Barcode ( majalah dinding dengan sytem barcode
), dan buku Antologi Cerpen. Selain itu eskul jurnalistik SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar juga meneriman tulisan- tulisan dari siswa.
Dapat dilihat, ternyata pengirimnya dari kalangan pelajar sangat membludak. Bahkan
menurut pengamatan penulis, banyak siswa memiliki buku diary (harian)
dan menulis semua aktifitas sehari-hari.SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar adalah
salah satu target yang telah tercapai, Selanjutnya akan terus dirintis eskul
Jurnalistik di sekolah – sekolah lain di kabupaten karanganyar. Salah satunya
Pondok Pesantren SMK AL-Maun Sroyo Kab. Karanganyar yang kamrin meminta pembinaan dari Tim Media
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kab. Karanganyar pada Temu Musyda IPM 12/6/2017 .
Di samping itu, ekskul jurnalistik dapat menjadi life skill baik
sekarang maupun setelah lulus dari sekolah. Dengan mengikuti ekskul jurnalistik
siswa dapat belajar menulis, setelah itu hasil tulisannya dapat dikirimkan ke
berbagai media. Setelah dimuat di media massa, anak bisa merasakan hasil jerih
payahnya. Dan ternyata, hal ini bisa dilakukan banyak pelajar, bahkan ada yang
mampu menerbitkan kumpulan puisi maupun cerpen dalam bentuk buku. Sedangkan
manfaat setelah lulus, jikalau meneruskan ke perguruan tinggi, ekskul
jurnalistik dapat membantu tugas dalam menyusun karya ilmiah.
Tidak hanya itu dengan jurnalistik dapat membantu anak dalam
memahami mata pelajaran yang ada di sekolah, khususnya dalam mata pelajaran
bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris, Arab, dan lain-lain). Apalagi dalam kurikulum
terbaru –Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)–, salah satu aspek
penilaiannya adalah menulis. Dengan menulis siswa dengan mudah memahami
sekaligus mempraktekkan langsung teori-teori menulis dalam pelajaran bahasa
tersebut.
Di samping mengajari menulis, ekskul jurnalistik melatih anak
tampil lebih berani. Karena diantara materi jurnalistik adalah hunting (memburu)
berita. Dalam mencari berita, anak harus berani wawancara dengan narasumber
dari berbagai profesi, mulai dari tukang becak sampai presiden. Di sisi lain,
ekskul jurnalistik juga mengajari anak agar lebih kritis terhadap apa yang
terjadi di lingkungan. Dengan kata lain anak akan tanggap apa yang terjadi
disekitarnya kemudian direfleksikan dalam bentuk tulisan.
Dari deskripsi di atas, jelas bahwa ekskul jurnalistik sangat
besar manfaatnya. Harapannya ke depan dengan ekskul jurnalistik di sekolah akan
lahir penulis terkenal masa depan. Banyak penulis ternama sekarang (misalnya Andrea
Hirata, Tere Liye, Asma Nadia, Kuntowijoyo, Azaki Khairuddin, Arswendo
Atmowiloto, Cak Nun, Ahamd Sobari dan lain-lain) ternyata aktivitas menulisnya
dimulai sejak di bangku sekolah. Permasalahannya, apakah Sumber Daya Manusia
(SDM) di sekolah untuk mengajar ekskul jurnalistik sudah memenuhi kompetensi?
Karena belum tentu guru bahasa mampu memahami bahasa jurnalistik. Belum lagi
persoalan minimnya ghirah
(semangat) guru untuk bisa menulis. Oleh karenanya perlu dipersiapkan SDM yang
berkompeten dalam bidang tersebut. Hal ini dapat ditengahi dengan mengambil
guru yang waktu kuliahnya aktif di pers kampus bahkan kalau perlu mengundang
praktisi pers. Sehingga nantinya dapat menciptakan pejuang pena yang tangguh
dan berkompeten dalam memaksimalkan Dakwah bil Qalam maupun bil Lisan.
( Penulis
: Satrio W )
Posting Komentar untuk "Antara Pejuang Pena dan Jurnalistik"