Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara Pejuang Pena dan Jurnalistik

SMK Muh 2 Karanganyar.
Pdipmkra.org—Organiasi dan Ekstra kulikuler disekolah banyak jenisnya. Diantara Organiasi yang ada di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar   Ada HW / Hizbul Wathan ( Pecinta Tanah Air ), IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah ), TSPM ( Tapak Suci Putera Muhammadiayah ), PBB , PMR ( Palang Merah Remaja ) dan Eskul Jurnalistik. Organisasi yang berbasis pelajar tersebut berfungsi sebagai penyalur dan perangsang Kreativitas Siswa disekolah.

Berorganisasi memang banyak pilihannya. Ekskul dan Organisasi di sekolah juga harus mampu memberikan life skill (kecakapan hidup) kepada siswa setelah selesai mengikuti kegiatan tersebut. Apalagi tidak semua lulusan sekolah dapat meneruskan pendidikannya. Artinya, apabila tidak meneruskan sekolahnya –dengan bekal kegiatan ekskul di sekolah– dapat menjadi bekal hidup setelah lulus. Diantara ekskul yang dapat menyalurkan bakat minat sekaligus memberikan life skill adalah jurnalistik.

Lalu Bagaimana Posisi Eskul Jurnalistik ? Sebagian sekolah, ekstrakurikuler (ekskul) jurnalistik masih dianggap asing. Hal ini wajar, karena sejak lama ekskul di sekolah masih mengedepankan keinginan birokrat pendidikan daripada kepentingan peserta didik. Akibatnya, siswa mengikuti ekskul yang penting hadir dan hanya menggugurkan kewajiban. Seharusnya ekskul di sekolah dapat menyalurkan bakat serta minat siswa bukan karena terpaksa.

Dalam hal penyaluran bakat minat, ternyata ketertarikan siswa dalam jurnalistik sangat besar. Buktinya, di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar ketika membuka ekskul jurnalistik pertama kali pada tahun 2017 sampai sekarang (Februari sampai bulan Juni 2017 ) ternyata tidak pernah sepi dari peminatnya bahkan di luar target. Berarti Eskul ini Masih Baru ?. Memang Eskul Jurnalistik di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar adalah eskul baru yang dirintis oleh siswa kelas 3 yang tergabung dalam Majelis Pustaka dan Informasi PDM ( Pimpinan Daerah Muhammadiayah ) Karanganyar,ada yang berasal dari kontributor KabarDuaBelas , Lembaga  Tim Media IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiayah Karanganyar bidang PIP) , Siswa yang telah mengikuti  pelatihan Jurnalistik Majalah dan lain lain. Beliau diantaranya Hadi Prayitno, Sugio, Winahyu, Very Haryanto, Satrio Wibowo, Muhammad Amin, dan lain- lain . Dengan kesamaan motivasi untuk jihad literasi dan dakwah bil qalam akhirnya merintislah eskul Jurnalistik di sekolah- sekolah. Diantara salah satunya di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar . Pembina Jurnalistik sendiri berasal dari Guru Bahasa Indonesia SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar. Beliau adalah Rohwitri,S.pd , Ribut, S.Pd , Siti Rochana, S.Pd . Ketiga Guru tersebut selain sebagai pembina dan pelatih Eskul Jurnalistik, juga sebagi pembina Karya Tulis Ilmiah.Pembinaan dengan Hikmah membuat peserta jurnalistik merasa nyaman. Karya karya nya dapat di lihat di Mading ( Majalah dinding sekolah, pelatihan – pelatihan  jurnalistik, Galery Foto Sekolah, Pelatihan Media seperti blog dan website, pelatihan reportase Wasis ( Wartawan Siswa ), Antologi Puisi, liputan kegiatan sekolah, Software/aplikasi edukasi dan lain -lain. Saat ini eskul jurnalistikSMK Muhammadiyah 2 Karanganyar sedang merintis Buletin Sekolah, Mading Barcode ( majalah dinding dengan sytem barcode ), dan buku Antologi Cerpen. Selain itu eskul jurnalistik SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar  juga meneriman tulisan- tulisan dari siswa. Dapat dilihat, ternyata pengirimnya dari kalangan pelajar sangat membludak. Bahkan menurut pengamatan penulis, banyak siswa memiliki buku diary (harian) dan menulis semua aktifitas sehari-hari.SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar adalah salah satu target yang telah tercapai, Selanjutnya akan terus dirintis eskul Jurnalistik di sekolah – sekolah lain di kabupaten karanganyar. Salah satunya Pondok Pesantren SMK AL-Maun Sroyo Kab. Karanganyar  yang kamrin meminta pembinaan dari Tim Media Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kab. Karanganyar pada Temu Musyda IPM 12/6/2017 .
Di samping itu, ekskul jurnalistik dapat menjadi life skill baik sekarang maupun setelah lulus dari sekolah. Dengan mengikuti ekskul jurnalistik siswa dapat belajar menulis, setelah itu hasil tulisannya dapat dikirimkan ke berbagai media. Setelah dimuat di media massa, anak bisa merasakan hasil jerih payahnya. Dan ternyata, hal ini bisa dilakukan banyak pelajar, bahkan ada yang mampu menerbitkan kumpulan puisi maupun cerpen dalam bentuk buku. Sedangkan manfaat setelah lulus, jikalau meneruskan ke perguruan tinggi, ekskul jurnalistik dapat membantu tugas dalam menyusun karya ilmiah.

Tidak hanya itu dengan jurnalistik dapat membantu anak dalam memahami mata pelajaran yang ada di sekolah, khususnya dalam mata pelajaran bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris, Arab, dan lain-lain). Apalagi dalam kurikulum terbaru –Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)–, salah satu aspek penilaiannya adalah menulis. Dengan menulis siswa dengan mudah memahami sekaligus mempraktekkan langsung teori-teori menulis dalam pelajaran bahasa tersebut.
Di samping mengajari menulis, ekskul jurnalistik melatih anak tampil lebih berani. Karena diantara materi jurnalistik adalah hunting (memburu) berita. Dalam mencari berita, anak harus berani wawancara dengan narasumber dari berbagai profesi, mulai dari tukang becak sampai presiden. Di sisi lain, ekskul jurnalistik juga mengajari anak agar lebih kritis terhadap apa yang terjadi di lingkungan. Dengan kata lain anak akan tanggap apa yang terjadi disekitarnya kemudian direfleksikan dalam bentuk tulisan.

Dari deskripsi di atas, jelas bahwa ekskul jurnalistik sangat besar manfaatnya. Harapannya ke depan dengan ekskul jurnalistik di sekolah akan lahir penulis terkenal masa depan. Banyak penulis ternama sekarang (misalnya Andrea Hirata, Tere Liye, Asma Nadia, Kuntowijoyo, Azaki Khairuddin, Arswendo Atmowiloto, Cak Nun, Ahamd Sobari dan lain-lain) ternyata aktivitas menulisnya dimulai sejak di bangku sekolah. Permasalahannya, apakah Sumber Daya Manusia (SDM) di sekolah untuk mengajar ekskul jurnalistik sudah memenuhi kompetensi? Karena belum tentu guru bahasa mampu memahami bahasa jurnalistik. Belum lagi persoalan minimnya ghirah (semangat) guru untuk bisa menulis. Oleh karenanya perlu dipersiapkan SDM yang berkompeten dalam bidang tersebut. Hal ini dapat ditengahi dengan mengambil guru yang waktu kuliahnya aktif di pers kampus bahkan kalau perlu mengundang praktisi pers. Sehingga nantinya dapat menciptakan pejuang pena yang tangguh dan berkompeten dalam memaksimalkan Dakwah bil Qalam maupun bil Lisan.

( Penulis : Satrio W )
( Aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kab. Karanganyar )


Posting Komentar untuk "Antara Pejuang Pena dan Jurnalistik"