Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku Meraih Surga Bersama Mu

hijab muslimah


Ibu mu,
Ibu mu,
Ibu mu,
Kemudian ayah mu.
(HR. Bukhari dan Muslim)

“Kenapa kok pakai jilbabnya di dobel gitu ?”. ya, kurang lebih dua tahun yang lalu, pertanyaan itu terucap jelas oleh ibu ku. Mungkin ibu heran dengan perubahan anak gadisnya yang bandel ini, mulai dari pakai kerudung di dobel, biasanya gak suka pakai rok panjang, jadi rajin banget pakai rok panjang, bahkan yang dulunya gak mau pakai gamis, sekarang pergi kepasar aja pakai gamis, belum lagi cuman ke warung depan rumah saja pakai kaos kaki, hehe mungkin ibu lihatnya ribet banget ya, tapi maaf bu, aku nyaman seperti ini. Mengenakan Jilbab (pakaian yang panjang dan longgar seperti rok panjang, baju lengan panjang yang longgar/gamis), memakai kerudung lebar dan tebal menutupi dada, tak lupa kaos kaki ku kenakan jika ingin keluar rumah. Ibu, bukan maksud ku ingin menggurui mu, aku hanya ingin masuk Surga bersama mu, maka ku putuskan untuk memilih berhijab syar’i sebagai prinsip dalam hidupku. Bukan, aku bukan teroris, aku adalah anak mu, yang ingin menyelamatkan mu dari siksa api neraka, maka aku belajar menjadi muslimah taat dihadapan Allah subhanahu wata’ala dengan berhijab syar’i, aku tak peduli orang di luar sana menilai cara berpakaian ku seperti ibu-ibu, karena kelak aku akan menjadi ibu untuk anak-anak ku, aku tak peduli terlihat kuno dihadapan manusia, yang terpenting, aku mulia dihadapan Allah subhanahu wata’ala.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيم

Artinya :
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59)

***

Masyaallah, sudah berbica panjang lebar seperti berhijab, aku lupa belum memperkenalkan diri, afwan. Assalamualaikum, perkenalkan nama ku Daniazmi Lhatifah, panggil saja aku Dania, Saat ini aku sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir ku di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta. ya, seperti yang sudah ku paparkan dalam lantunan jari jemari ku di paragraf pertama, sudah pasti semua tahu, dulu aku adalah remaja yang lalai, dulu tak sedikitpun aku mengerti tentang hijab, tapi aku bersyukur, setelah lulus SMA, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di kota Yogyakarta. Allah memberikan ku kesempatan untuk menjemput hidayahNya, tepat pada tanggal 6 Desember 2013, aku memutuskan untuk berhijab syar’i. Jujur, awalnya hanya karena mencoba mengenakan hijab syar’i seperti teman-teman di kampus, lama kelamaan aku nyaman dengan hijab yang ku kenakan, hingga pada saat ini tepat dua tahun delapan bulan lebih delapan belas hari, aku bisa istiqomah dengan hijab syar’i. Selama aku berhijrah dengan hijab syar’i tak sedikit ujian yang ku hadapi, terutama bagaimana menjelaskan kepada ibu terkait perubahan ku ini, sebab ini bukanhanya sekedar berubah, berhijab syar’i adalah prinsip yang sudah kuniatkan Lillah karena Allah.

“Jangan panjang-panjang jilbabnya, nanti susah mencari pekerjaan”, yap, kalimat tersebut adalah kalimat yang terucap oleh ibu setelah beberapa bulan aku berhijrah dengan hijab syar’i. Bingung, yang ku bingungkan bukan soal pekerjaan, tapi aku bingung, bagaimana menjelaskan kepada ibu, agar tidak menyakiti perasaan ibu, aku takut menjadi anak durhaka bu, tapi hijab ini adalah perintah Allah, aku ingin menjadi anak yang sholihah, menyelamatkan mu dari siksa api neraka dengan berhijab. “tenang bu, kalau kita mendahulukan perintah Allah, insyaallah segala sesuatu kita akan dimudahkan oleh Allah, termasuk rizki kita”, itu lah jawaban dari ku atas pertanyaan ibu. Astagfirulah, ya Allah, yang maha mengetahui prangsangka hambamu ini, aku tidak bermaksud ingin melawan ibu ku, aku hanya ingin menaati aturan-Mu, aku ingin masuk surga bersama ibu ku, aku ingin menjadi anak sholihah, agar ketika aku berdoa untuk kedua orangtua ku, mudah kau ijabah. Ibu, maafkan anakmu ini yang telah lancang mengucapkan kalimat yang membuat mu terluka. Maafkan anak mu bu.

Suara hati…
Tiada manusia yang dapat menerima kekurangan ku selain ibu.
Ibu, aku ingin belajar taat dihadapan Allah dengan berhijab,
Dan aku butuh restu dari mu, Ibu.

***

Seiring berjalannya waktu, aku bersyukur, ibu bisa menerima perubahanku, aku yakin setiap orangtua pasti akan mendukung perubahan anaknya, apa lagi perubahan itu dalam hal kebaikan, meski terkadang masih ada selisih perdebatan kecil, seperti gamis warna hitam, terlihat menyeramkan seperti teroris, jilbab yang terlalu panjang dan lebar menjadikan ku kelihatan kurus. Ibu maafkan aku, aku tidak bermaksud melawanmu, ini hidayah dari Allah yang telah aku jemput, aku nyaman dengan pakaian sederhana yang ku kenakan, biarlah orang disana menilaiku seperti apa, tetapi jika ini yang dapat membuatku mulia dihadapan Allah, mengapa tidak aku lakukan ?, ibu ijinkan aku istiqomah dengan hijab yang ku kenakan, harapanku, kita bisa sama-sama berhijah di jalan Allah bu, kita bergandengan tangan meraih Surga, bercengkrama, mendiskusikan ilmu agama, pergi kajian bareng, sholat berjama’ah, itu yang kuharapkan.

Saat ini tepat pada tanggal 27 Agustus 2016, aku sedang melaksanakan penelitian di daerah tempat tinggal ku, di kota Klaten, penelitian ini untuk menyelesaikan skripsi ku. Satu minggu yang lalu, ketika aku ingin memulai penelitian, ada hal yang aku sampaikan kepada ibu terkait kebutuhan biaya untuk penelitianku, tapi lagi dan lagi perdebatan kecil itu terjadi kembali, entah karena aku salah bicara, atau nada bicara ku seperti orang yang menggurui, atau mungkin aku bernada kasar, tepatnya aku tak mengerti. Ibu, maafkan aku, aku belum bisa menjadi seperti apa yag kau inginkan, aku masih terus menerus merepotkanmu.

Jalan hidup setiap manusia sudah Allah atur, karena Allah lah sebaik-baiknya sutradara dalam kehidupanku, seperti halnya proses dalam penelitian ku, banyak sekali rintangan dan ujian yang ku lalui, tapi aku yakin, semua ini Allah berikan kepada ku karena Allah tahu bahwa aku mampu untuk melewati setiap liku ujian yang Allah berikan, sebab sejatinya ujian itu mengautkan. Dalam proses penelitian ini aku lebih sering dirumah dari pada di Jogja, ketika aku dirumah sebenarnya pikiran ku terfokus pada dua hal, yaitu penelitian dan pekerjaan rumah, meskipun aku hanya sedikit berkontribusi membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, setidaknya aku berusaha untuk membantu apa yang bisa aku bantu, ini cara ku mebuktikan kepada ibu bahwa perubahan ku bukan sekedar dari segi penampilan saja, melainkan aku ingin benar-benar menjadi wanita sholihah, memberikan wasilah surga untuk mu, ibu. Setiap hari berada di rumah, seringkali ada obrolan dengan ibu, terkait pekerjaan sampai bahkan pernikahan, tapi lucunya aku dan ibu selalu berbeda pendapat, entahlah mengapa demikian, apa mungkin karena perempuan sama perempuan terlalu menggunakan perasaannya, hingga sering perdebatan kecil perihal pekerjaan dan pernikahan membuat ku menangis, sampai kalimat ini pernah ibu ucapkan, “kamu terlalu banyak ikut kajian, kamu jadi pinter berani sama ibu”, Astagfirullah, ya Allah salahkah aku berdiskusi tentang ilmu agama bersama orang tua ku ?, aku hanya ingin kita berdiskusi untuk saling tukar pengetahuan, jika baik, baiklah kita sama-sama gunakan untuk meraih ridho Allah bersama keluarga kecil ini, untuk sama-sama kita gunakan sebagai penguat iman keluarga ini demi meraih SurgaNya Allah.

Hari ini tepat pada tanggal 4 September 2016, aku kedatagan tamu, dia seorang akhwat yang sedang belajar taat, dia teman sekolah ku waktu SMA, dulu kita berbeda kelas, setelah lulus SMA kita kenal lewat sosial media, sampai pada akhirnya hari ini kali pertama dia datang kerumah ku, sekitar empat tahun silam kita lulus SMA, baru lah kita bisa bertemu kembali, perbincangan kita tidak jauh dari koridor seputar hijrah. Sebut saja namanya Sari, dia dilahirkan dari keluarga yang paham akan ilmu agama, saat ini dia sudah lulus D3 Kebidanan di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di daerah Klaten, perihal hijab syar’i, ibunya bahkan adeknya selalu mengingatkan dia untuk belajar berhijab syar’i, tapi lingkungan kampusnya yang tidak mendukung, teman-temannya masih sering ngajak main ke cafe, dia hanya berfikir, masak iya ke cafe dengan pakaian yang syar’i, tapi dia selalu bersyukur, ibunya selalu mengingatkan dia dalam hal kebaikan, selalu mengingatkan dia agar tetap berhijab sesuai syariaat yang telah Allah dan Rasulullah ajarkan. Kisahnya berbanding terbalik dengan ku, kadang aku berpikir, betapa indah jika dalam satu keluarga sama-sama paham akan indahnya mengenal Allah dalam agama Islam, tapi pikiran seperti itu selalu ku urungkan dan ku singkirkan dari lamunan ku, sebab aku tahu, Allah sudah atur segala skenario kehidupanku.

Ada sekitar dua jam aku dan sari berbincang-bincang masalah hijrah dan perjuangan ketika kuliah. Tetibanya aku kedatangan tamu yang benar-benar tak terduga, dia adalah sahabat ku waktu SMA, sebut saja dia Lupita, kedatangan Lupita membuat ku terkejut, dia datang membawa kabar gembira, takdi sangkah tingkahnya yang kocak gak bisa diem masih seperti bocah tiba-tiba mengundang ku keacara resepsi pernikahannya pada tanggal 18 September 2016. Kabar gembira ini sempat membuatku hanyut dalam lamunan, sudah banyak teman ku yang menikah, jalur pernikahannya pun berbagaimacam bentuknya, ada yang tiba-tiba menikah melalui biodata proposal pernikahan, ada yang menikah dengan laki-laki yang dulunya sangat ia benci, ada juga yang tiba-tiba menikah dengan salah satu dosen di kampusku, ada juga yang menikah karena memang sudah lama kenal melalui…….. maaf, pacaran. Berbicara soal menikah setiap anak gadis pasti memiliki pernikahan impian, sama halnya dengan diri ku, aku ingin kelak pernikahanku berjalan dengan sederhana, dengan pernikahan cara Islam, menjemput jodoh dengan cara yang diridhoi Allah, yaitu ta’aruf, khitbah, lalu Nikah. Lamunan ku buyar ketika aku ingat ketakutan ibu perihal jodoh diwaktu awal aku berhijrah dengan hijab syar’i ku, dan kisah ketakutan ibu pun masih berjalan hingga detik ini.

Hari ini tepat pada tanggal 7 September 2016, pagi tadi aku dan ibu sempat berdebat kecil, “ibu hanya ingin kamu kerja dulu, biar kamu bisa beli apa yang kamu inginkan dengan hasil keringatmu sendiri, kalau kamu sudah menikah dan belum kerja, eman-eman selama ini kamu kuliah empat tahun”, begitulah kiranya yang ibu katakan kepadaku. Ya, dua hari yang lalu ada seorang ikhwan yang ingin berkenalan dengan ku melalui kakak sepupu ku yang bernama mbak Fitria, karena memang aku tidak ingin terlalu intens berkomunikasi dengan ikhwan yang bukan mahrom, sekalipun hanya via alat kounikasi dua arah.  Sekitar satu bulan yang lalu, aku menghapus semua kontak ikhwan di bbm ku, mula dari teman TK, SD, SMP, SMA atau bahkan teman kuliah, teman yang dulunya satu organisasi, aku tidak bermaksud ingin memutus pertemanan, aku masih bisa menghubungi mereka melalui whatsapp jika memang aku ada keperluan dan begitu juga sebaliknya, teman-teman yang ikhwan bisa menghubungiku melalui whatsapp jika memang mereka ada keperluan dengan ku, aku sadar bahwa hidup ini bermasyarakat, bersosial bukan lah individu, tapi aku hanya ingin menjaga, dari pengalaman-pengalaman yang pernah ku alami, hanya sekedar komen-komen di sosial media hingga pada akhirnya membuat prinsipku untuk istiqomh di jalan Allah menjadi goyah, aku tak mau itu terjadi, maka ketika saudara ku mengatakan bahwa ada yang ingin kenal dengan ku, dan dia seorang ikhwan yang paham akan arti menjaga, dia ikhwan yang sholeh, aku meminta saudara ku untuk menjadi perantara antara aku dan dia.

Dari awal aku sudah menceritakan kepada ibu perihal niat baik teman semasa sekolah mbak Fitria yang ingin berkenalan dengan ku, dan ibu berkata, “tak mengapa, kenal lah dengan seorang laki-laki, takutnya kamu nanti dibilang sombong”, ku pikir tak mengapa, tapi setelah aku mengetahui ciri-ciri dari ikhwan tersebut, aku takut melanjutkan tahap perkenalan ini atau dalam Islam sering dsebut dengat ta’aruf. Aku takut, takut bila kelak aku terlampau jauh mengetahui siapa dia, aku takut terlalu berharap pada manusia, sedangkan ibu mesih memintaku bekerja paling tidak satu tahun setelah aku lulus kuliah nanti, sedangkan ikhwan itu sudah berusia 27 tahu, bukan lagi usia yang hanya sekedar berleha-leha bermain kata, tapi usia itu sudah usia matang untuk menikah, dan dia benar-benar ingin mencari seorang istri. Pikirku menikah itu bukan hal yang mudah, menikah itu menyatukan dua keluarga, jika ibu meminta ku untuk kerja terlebih dahulu, aku takut jika terlalu mengenal dia, aku takut terlalu berharap, satu tahun yang akan datang, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, soal hati bisa saja berubah, dan pikirku bagi seorang laki-laki yang memang sholeh dan benar-benar menjaga dari fitnah, ia akan jauh lebih memilih menikah dengan seorang perempaun yang benar-benar siap menikah, maka aku berpikir lebih baik, proses ta’aruf ini ku akhiri. Aku lebih memilih fokus dengan penelitian ku, aku melilih bekerja terlebih dahulu sesua dengan apa mau ibu. Ibu sempat berkata, “kelak ketika kamu sudah bekerja pun, kenalilah laki-laki itu dengan cinta, bukan hanya dari segi agama, kenali dia paling lama satu tahun, supaya kamu tahu, bagai mana dia dan keluarganya”, ibu, maafkan aku jika kelak aku keluar dari koridor permintaanmu, aku sama sekali tidak bermaksud mengguruimu, aku hanya takut jika proses ta’aruf sudah berjalan dan khitbah pun kutempuh, hingga pernikahan harus menunggu satu tahun, akan banyak sekali kejadan yang terjadi yang sama sekali tidak bisa kita pastikan, karna masa depan itu begitu fana, sekuat apa kita menerka, sekuat apa kita meminta, jika Allah tak berkehendak, maka tak jua harapan itu ada, aku tak ingin membuat orang lain menunggu, sebab aku tahu, menunggu itu hal melelahkan. Bu, jika proses pernikahan itu terlalu lama, hati manusia bisa saya berubah, bisa jadi calon yang sudah ki idamkan, tergiur oleh perempuan lain yang lebih baik dari ku, lebih sholihah dari ku, semua itu bisa saja terjadi, bahkan kita tiadk akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam satu menit kemudian, barangkali kelak ajal jauh lebih cepat menjemputku dari pada jodohku, tidak ada yang bisa menjamin sampai kapan kita akan hidup, tidak ada yag tahu sampai usia berapa aku akan hidup, sebab jodoh dan kematian itu berbeda tipis, jodoh harus dijemput, sedangkan kematian kapan saja bisa menjemput kita. Semua orang pasti mau menikah, tetapi semua orang mau tidak mau harus mau mati, semua orang pasti harus siap menikah, tetapi semua orangpun harus siap mati. Maafkan aku bu, aku bukan berarti ingin segera mati, aku hanya ingin menjelaskan kepadamu, bahwa hidup didunia ini akan menghancurkan hati jika hanya untuk mengejar dunia, karena di akhirat nanti aku hanya sendiri, belum tentu aku bisa bertemu dengan ibu, ayah, adek mungkin suamiku, karena pertanggungjawaban atas apa yang kita lakukan didunia, kita sendiri yang akan menanggung di akhirat kelak, maka aku ingin mengajak ibu, ayah dan adek untuk menjadi orang yang beriman dimata Allah, agar kelak ketika diakhirat kita dipertemukan dalam SurgaNya Allah karena golongan orang-orang yang beriman di mata Allah. Aamiin.

Ibu, aku begitu menyayangimu, bahagiaku jika melihatmu bahagia, maka aku putuskan untuk menuruti kemauanmu, bekerja setelah lulus kuliah. Ibu, bantu aku untuk fokus pada harapan yang engkau harapkan kepadaku, jangan engkau bertanya masalah laki-laki untuk saat ini, jika memang engkau memintaku untuk bekerja terlebih dahulu. Namun kelak jika jodoh ku sudah dekat, aku punya permintaan kepadamu, izin kan aku menikah dengan laki-laki pilihanku, dan hanya bergantung pada pada ketakwaannya kepada Allah, Insyaallah orang yang baik agamanya akan baik pula keluarganya, orang yang baik Agamanya akan baik pula peilakunya, orang yang baik Agamanya akan baik pula masa depan menuju SurgaNya. Selanjutnya, izin kanlah aku menikah dengan cara Islam, yaitu ta’aruf, khitbah, nikah, proses yang tidak berlajan lama, namun semua Lillah dijalani karena Allah, Insyaallah aku akan bahagia dan engkaupun akan melihat ku bahagia. Ibu, izinkan aku menikah dengan sederhana, agar tabungan yang ku miliki bisa untuk keperluan yang lain, mungkin membangun rumah idaman, atau tabungan untuk memberangkat ibu ketanah suci, Aamiin. Ibu, aku ingin segera menikah bukan karena aku tak ingin membahagiakanmu, setelah menikahpun aku akan tetap berusaha untuk membahagiakanmu, karna aku tahu, Birulwallidain adalah salah satu ticket ku menuju Surga. Aku ingin menikah diusia muda, agar aku terhindar dari perbuatan zina, karena jika aku berbuat zina seperti pacaran, berpegangan tangan dengan yang bukan mahrom, semua itu bisa mengancam keslamatan ibu di akhirat kelak. Sungguh, tiada yang lain yang ku inginkan, kebahagiaan materi sudah cukup bagiku bu. Namun, jika memang ibu memintaku untuk tetap bekerja terlebih dahulu setelah lulus kuliah,aku akan menuruti apa mau mu bu, sebab berbakti kepada mu adalah salah satu cara ku menuju Surga dan menjadi wanita sholihah agar setiap doaku akan lebih mudah di ijabah, gelar sholihah pun memiliki syartar, yakni, dengan berbakti kepada mu, ibu. Ayo lah bu, kita sama-sama bergandengan tangan untuk belajar taat dihadapan Allah, demi meraih SurgaNya, Allah, Aamiin.

Ibu, kau bagaikan Bunda Siti Khadijah
Kau mengajarkan ku untuk tegas dalam tegar
Ibu, kau bagaikan Bunda Siti Aisyah
Kau mengajarkan ku untuk tabah dalam sabar
Ibu, sungguh aku menyayangi mu
Maafkan aku yang selalu melukaihati mu.

***

Assalamualaiku, tulisan ini tidak bermaksud mengajarkan pada pembaca untuk berani melawan orangtua, apa lagi seorang ibu. Tulisan ini bertujuan untuk memotivasi teman-teman yang sedang berhijrah dengan hijab syar’i agar tetap istiqomah, membersamai ibu untuk together going to jannah dan bagi teman-teman yang ingin menikah muda, ingatlah bahwa ridho Allah ada pada ridho orangtua, dan filing orang tua itu kuat, orangtua kita tahu bagaimana kekurangan dan kelebihan kita, maka yakinlah bahwa tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya pada hal yang tidak baik. Semua orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, redam ego diri dan berdamailah dengan hati, jika tak ingin membuat orangtua sakit hati.

TIPS untuk teman-teman yang sedang berhijrah dengan hijab syra’i :

  1. Jagan meninggalkan beban.
Artinya, ketika orang tua bertanya, “kenapa sekrang jilbabnya panajang dan lebar?”, “kenapa sekarang sering pakai rok?”, “kenapa kewarung dekat rumah saja pakai kaos kaki ?”, jangan langsung kita jawab, “karena ini perintah Allah yang sudah dicantumkan dalam Al Quran QS. Al Ahzab ayat 59”, tapi coba ajak orang tua terutama ibu yang sering cemas akan perubahan anaknya, ajak orangtua untuk bercanda, misal, “aku ingin jadi anak sholihah, yang menghantarkan ibu dan ayah ke Surga, hijab ku rapi kan, anggunkan, cantikkan, doakan aku agar bisa jadi anak sholihah”.
  1. Action !
Berubah itu mudah, tapi istiqomah itu tidaklah mudah, perubahan jangan hanya terlihat dari segi penampilan saja, namun sikap dan perilaku, seperti membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, meski kontribusi kita hanya sedikit, misal cuci piring, nyapu, ngepel, angkat jemuran, setidaknya kita sudah sedikit membantu, meringankan beban orang tua.
  1. Yakin kekuatan doa
Mendoakan orang tua, minta kepada Allah agar apa yang menjadi hidayah kita kelak menjadi hidayah pula untuk kedua orangtua kita. Perbanyak sholat sunnah, dalam setiap sholat, selipkan doa yang terbaik untuk kedua orangtua kita.
  1. Kajian Bareng
Sering ajak ibu pergi kekajian, meski hanya kajian ahad pagi, setidaknya bisa menambah ilmu pengetahuan kita dan menambah ilmu untuk itu, mendatangi majelis ilmu akan mendapatkan pahala, maka biar pahala ibu dan pahala kita sama, kelak kita sama-sama going to jannah.
  1. Birulwallidain, tetaplah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua, dan doakan yang terbaik untuk orangtua kita , agar dapat membersamai kita untukt together going to jannah.


TIPS bagi yang menggebu ingin segera menikah muda

  1. Bukan hanya ssekedar mau, tapi harus siap !
Semua orang pasti mau menikah, tetapi menikah itu bukan sekedar mau, menikah itu harus siap, siap ilmunya, mentalnya dan materinya.
  • Tanyakan pada diri sendiri, sudah siapkah untuk memiliki tanggung jawab baru ?, menjadi istri sekaligus ibu.
  • Tanyakan pada diri sendiri, sampai dimana ilmu yang dimiliki ?, ilmu untuk membangun rumah tangga, ilmu menjadi seorang istri yang patuh pada suami dan ilmu parenting mendidik anak.
  • Tanyakan pada diri sendiri, sudah memiliki tabungan untuk merayakan pesta pernikahan kah ?, barangkali orang tua menginginkan pesta yang mewah, jangan samai juga karena ingin menikahkan anaknya, orang tua berhutang.
  • Bagi laki-laki, tanyakan pada diri sendiri, sudah siapkah kah mengambil alih tanggung jawab seorang anak gadis dari ayahnya dan menafkahinya.
  1. Restu oangtua dan keluarga.
Menikah itu bukan hanya menyatukan dua hati menajdi satu, tapi menikah itu menyatukan dua keluarga menjadi satu, apa lagi ridho Allah terletak pula pada ridho ortu (orangtua).
  1. Pintu gerbang pernikahan itu indah.
Yap, pintu gerbang pernikahan itu indah, tapi setelah memasuki gerbang itu akan ada kehidupan baru dan tanggung jawab baru. Menikah itu bukan untuk meraih kebahagiaan dunia yang fana, jalan-jalan dulan madu berdua, dunia serasa milik berdua yang lainnya ngontrak. Tetapi menikah itu untuk mencari ridho Allah, menikah itu untuk menyempurnakan separuh Agama Allah dan menikah itu untuk meraih SurgaNya Allah.
  1. Jangan gegabah menginginkan menikah, bila belum siap dalam segi ilmu, mental dan materi. Lebih baik fokus perbaikan diri, menggandeng ibu, bapak dan keluarga untuk meraih ridho Illahi, yuk going to jannah with family. Aamiin.

TIPS bagi JOFISA (Jomblo Fisabilillah)

  1. Sibuk !
Sibukkan diri dengan berbagai aktifitas, sibuk sekolah, kuliah, aktif di organisasi, ngajar ngaji, belajar bisnis, bantu pekerjaan rumah, membaca, menulis, belajar bisnis, baca Quran, pokoknya sibuk kan diri dengan berbagai aktifitas, sampai kita lupa  urusan hati.
  1. Ingat Birulwallidain.
Berbakti kepada orangtua, meluangkan waktu untuk orangtua, ingat kalau pacaran orangtua juga menanggung dosa kita, ingat di akhirat kelak kita sendiri, mempertanggungjawabkan dari apa yang telah kita perbuat di dunia.
  1. Delkon (delete kontak) syar’i
Delete kontak mantan atau bahkan teman ikhwan yang ada di bbm, biar aktifitas kita tidak diketahui mereka secara instan, berawal dari koemn-komennan melalui chat yang bersifat pribadi, jadi terlilit urusan hati, terserang virus meah jambu, hingga bahaya hati menjadi rindu, berharap yang berujung semu, lama-lama nagis dipojokan kamar, hanya karna cinta yang tak tertahankan, Astagfirullah. Bisa juga hapus kontak mantan (bagi yang punya mantan) kalau memang bisa bersikap biasa tak pengapa, jangan memutus pertemanan, tapi bila keberadaannya terus mmbuatmu mengenang luka, lebih baik blacklist dari kontak kehidupan mu, biar hati tenang tak dihantui rasa cinta lama belum kelar nanti takut jadinya gak kelar-kelar, basa memicu balik lagi pacara, kena dosa zina yang terlarang, Astagfirullah. Semoga kita dijauhkan dari hal tersebut. Aamiinn.

Penulis :
Perdani Kusuma Putri ( Kontributor Majelis Tausyiah Cinta )
https://www.facebook.com/pkputri
https://instagram.com/perdani.kp

( Editor Sw ) 

Posting Komentar untuk "Aku Meraih Surga Bersama Mu"