Aku Meraih Surga Bersama Mu
Ibu mu,
Ibu mu,
Ibu mu,
Kemudian ayah mu.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ibu mu,
Ibu mu,
Kemudian ayah mu.
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Kenapa kok pakai jilbabnya di dobel
gitu ?”. ya, kurang lebih dua tahun yang lalu, pertanyaan itu terucap
jelas oleh ibu ku. Mungkin ibu heran dengan perubahan anak gadisnya yang
bandel ini, mulai dari pakai kerudung di dobel, biasanya gak suka pakai
rok panjang, jadi rajin banget pakai rok panjang, bahkan yang dulunya
gak mau pakai gamis, sekarang pergi kepasar aja pakai gamis, belum lagi
cuman ke warung depan rumah saja pakai kaos kaki, hehe mungkin ibu
lihatnya ribet banget ya, tapi maaf bu, aku nyaman seperti ini.
Mengenakan Jilbab (pakaian yang panjang dan longgar seperti rok panjang,
baju lengan panjang yang longgar/gamis), memakai kerudung lebar dan
tebal menutupi dada, tak lupa kaos kaki ku kenakan jika ingin keluar
rumah. Ibu, bukan maksud ku ingin menggurui mu, aku hanya ingin masuk
Surga bersama mu, maka ku putuskan untuk memilih berhijab syar’i sebagai
prinsip dalam hidupku. Bukan, aku bukan teroris, aku adalah anak mu,
yang ingin menyelamatkan mu dari siksa api neraka, maka aku belajar
menjadi muslimah taat dihadapan Allah subhanahu wata’ala dengan berhijab
syar’i, aku tak peduli orang di luar sana menilai cara berpakaian ku
seperti ibu-ibu, karena kelak aku akan menjadi ibu untuk anak-anak ku,
aku tak peduli terlihat kuno dihadapan manusia, yang terpenting, aku
mulia dihadapan Allah subhanahu wata’ala.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيم
Artinya :
Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59)
***
Masyaallah, sudah berbica panjang lebar
seperti berhijab, aku lupa belum memperkenalkan diri, afwan.
Assalamualaikum, perkenalkan nama ku Daniazmi Lhatifah, panggil saja aku
Dania, Saat ini aku sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir ku di
salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
ya, seperti yang sudah ku paparkan dalam lantunan jari jemari ku di
paragraf pertama, sudah pasti semua tahu, dulu aku adalah remaja yang
lalai, dulu tak sedikitpun aku mengerti tentang hijab, tapi aku
bersyukur, setelah lulus SMA, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di
salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di kota Yogyakarta. Allah
memberikan ku kesempatan untuk menjemput hidayahNya, tepat pada tanggal 6
Desember 2013, aku memutuskan untuk berhijab syar’i. Jujur, awalnya
hanya karena mencoba mengenakan hijab syar’i seperti teman-teman di
kampus, lama kelamaan aku nyaman dengan hijab yang ku kenakan, hingga
pada saat ini tepat dua tahun delapan bulan lebih delapan belas hari,
aku bisa istiqomah dengan hijab syar’i. Selama aku berhijrah dengan
hijab syar’i tak sedikit ujian yang ku hadapi, terutama bagaimana
menjelaskan kepada ibu terkait perubahan ku ini, sebab ini bukanhanya
sekedar berubah, berhijab syar’i adalah prinsip yang sudah kuniatkan
Lillah karena Allah.
“Jangan panjang-panjang jilbabnya, nanti
susah mencari pekerjaan”, yap, kalimat tersebut adalah kalimat yang
terucap oleh ibu setelah beberapa bulan aku berhijrah dengan hijab
syar’i. Bingung, yang ku bingungkan bukan soal pekerjaan, tapi aku
bingung, bagaimana menjelaskan kepada ibu, agar tidak menyakiti perasaan
ibu, aku takut menjadi anak durhaka bu, tapi hijab ini adalah perintah
Allah, aku ingin menjadi anak yang sholihah, menyelamatkan mu dari siksa
api neraka dengan berhijab. “tenang bu, kalau kita mendahulukan
perintah Allah, insyaallah segala sesuatu kita akan dimudahkan oleh
Allah, termasuk rizki kita”, itu lah jawaban dari ku atas pertanyaan
ibu. Astagfirulah, ya Allah, yang maha mengetahui prangsangka hambamu
ini, aku tidak bermaksud ingin melawan ibu ku, aku hanya ingin menaati
aturan-Mu, aku ingin masuk surga bersama ibu ku, aku ingin menjadi anak
sholihah, agar ketika aku berdoa untuk kedua orangtua ku, mudah kau
ijabah. Ibu, maafkan anakmu ini yang telah lancang mengucapkan kalimat
yang membuat mu terluka. Maafkan anak mu bu.
Suara hati…
Tiada manusia yang dapat menerima kekurangan ku selain ibu.
Ibu, aku ingin belajar taat dihadapan Allah dengan berhijab,
Dan aku butuh restu dari mu, Ibu.
***
Seiring berjalannya waktu, aku
bersyukur, ibu bisa menerima perubahanku, aku yakin setiap orangtua
pasti akan mendukung perubahan anaknya, apa lagi perubahan itu dalam hal
kebaikan, meski terkadang masih ada selisih perdebatan kecil, seperti
gamis warna hitam, terlihat menyeramkan seperti teroris, jilbab yang
terlalu panjang dan lebar menjadikan ku kelihatan kurus. Ibu maafkan
aku, aku tidak bermaksud melawanmu, ini hidayah dari Allah yang telah
aku jemput, aku nyaman dengan pakaian sederhana yang ku kenakan, biarlah
orang disana menilaiku seperti apa, tetapi jika ini yang dapat
membuatku mulia dihadapan Allah, mengapa tidak aku lakukan ?, ibu
ijinkan aku istiqomah dengan hijab yang ku kenakan, harapanku, kita bisa
sama-sama berhijah di jalan Allah bu, kita bergandengan tangan meraih
Surga, bercengkrama, mendiskusikan ilmu agama, pergi kajian bareng,
sholat berjama’ah, itu yang kuharapkan.
Saat ini tepat pada tanggal 27 Agustus
2016, aku sedang melaksanakan penelitian di daerah tempat tinggal ku, di
kota Klaten, penelitian ini untuk menyelesaikan skripsi ku. Satu minggu
yang lalu, ketika aku ingin memulai penelitian, ada hal yang aku
sampaikan kepada ibu terkait kebutuhan biaya untuk penelitianku, tapi
lagi dan lagi perdebatan kecil itu terjadi kembali, entah karena aku
salah bicara, atau nada bicara ku seperti orang yang menggurui, atau
mungkin aku bernada kasar, tepatnya aku tak mengerti. Ibu, maafkan aku,
aku belum bisa menjadi seperti apa yag kau inginkan, aku masih terus
menerus merepotkanmu.
Jalan hidup setiap manusia sudah Allah
atur, karena Allah lah sebaik-baiknya sutradara dalam kehidupanku,
seperti halnya proses dalam penelitian ku, banyak sekali rintangan dan
ujian yang ku lalui, tapi aku yakin, semua ini Allah berikan kepada ku
karena Allah tahu bahwa aku mampu untuk melewati setiap liku ujian yang
Allah berikan, sebab sejatinya ujian itu mengautkan. Dalam proses
penelitian ini aku lebih sering dirumah dari pada di Jogja, ketika aku
dirumah sebenarnya pikiran ku terfokus pada dua hal, yaitu penelitian
dan pekerjaan rumah, meskipun aku hanya sedikit berkontribusi membantu
ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, setidaknya aku berusaha untuk
membantu apa yang bisa aku bantu, ini cara ku mebuktikan kepada ibu
bahwa perubahan ku bukan sekedar dari segi penampilan saja, melainkan
aku ingin benar-benar menjadi wanita sholihah, memberikan wasilah surga
untuk mu, ibu. Setiap hari berada di rumah, seringkali ada obrolan
dengan ibu, terkait pekerjaan sampai bahkan pernikahan, tapi lucunya aku
dan ibu selalu berbeda pendapat, entahlah mengapa demikian, apa mungkin
karena perempuan sama perempuan terlalu menggunakan perasaannya, hingga
sering perdebatan kecil perihal pekerjaan dan pernikahan membuat ku
menangis, sampai kalimat ini pernah ibu ucapkan, “kamu terlalu banyak
ikut kajian, kamu jadi pinter berani sama ibu”, Astagfirullah, ya Allah
salahkah aku berdiskusi tentang ilmu agama bersama orang tua ku ?, aku
hanya ingin kita berdiskusi untuk saling tukar pengetahuan, jika baik,
baiklah kita sama-sama gunakan untuk meraih ridho Allah bersama keluarga
kecil ini, untuk sama-sama kita gunakan sebagai penguat iman keluarga
ini demi meraih SurgaNya Allah.
Hari ini tepat pada tanggal 4 September
2016, aku kedatagan tamu, dia seorang akhwat yang sedang belajar taat,
dia teman sekolah ku waktu SMA, dulu kita berbeda kelas, setelah lulus
SMA kita kenal lewat sosial media, sampai pada akhirnya hari ini kali
pertama dia datang kerumah ku, sekitar empat tahun silam kita lulus SMA,
baru lah kita bisa bertemu kembali, perbincangan kita tidak jauh dari
koridor seputar hijrah. Sebut saja namanya Sari, dia dilahirkan dari
keluarga yang paham akan ilmu agama, saat ini dia sudah lulus D3
Kebidanan di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di daerah Klaten,
perihal hijab syar’i, ibunya bahkan adeknya selalu mengingatkan dia
untuk belajar berhijab syar’i, tapi lingkungan kampusnya yang tidak
mendukung, teman-temannya masih sering ngajak main ke cafe, dia hanya
berfikir, masak iya ke cafe dengan pakaian yang syar’i, tapi dia selalu
bersyukur, ibunya selalu mengingatkan dia dalam hal kebaikan, selalu
mengingatkan dia agar tetap berhijab sesuai syariaat yang telah Allah
dan Rasulullah ajarkan. Kisahnya berbanding terbalik dengan ku, kadang
aku berpikir, betapa indah jika dalam satu keluarga sama-sama paham akan
indahnya mengenal Allah dalam agama Islam, tapi pikiran seperti itu
selalu ku urungkan dan ku singkirkan dari lamunan ku, sebab aku tahu,
Allah sudah atur segala skenario kehidupanku.
Ada sekitar dua jam aku dan sari
berbincang-bincang masalah hijrah dan perjuangan ketika kuliah.
Tetibanya aku kedatangan tamu yang benar-benar tak terduga, dia adalah
sahabat ku waktu SMA, sebut saja dia Lupita, kedatangan Lupita membuat
ku terkejut, dia datang membawa kabar gembira, takdi sangkah tingkahnya
yang kocak gak bisa diem masih seperti bocah tiba-tiba mengundang ku
keacara resepsi pernikahannya pada tanggal 18 September 2016. Kabar
gembira ini sempat membuatku hanyut dalam lamunan, sudah banyak teman ku
yang menikah, jalur pernikahannya pun berbagaimacam bentuknya, ada yang
tiba-tiba menikah melalui biodata proposal pernikahan, ada yang menikah
dengan laki-laki yang dulunya sangat ia benci, ada juga yang tiba-tiba
menikah dengan salah satu dosen di kampusku, ada juga yang menikah
karena memang sudah lama kenal melalui…….. maaf, pacaran. Berbicara soal
menikah setiap anak gadis pasti memiliki pernikahan impian, sama halnya
dengan diri ku, aku ingin kelak pernikahanku berjalan dengan sederhana,
dengan pernikahan cara Islam, menjemput jodoh dengan cara yang diridhoi
Allah, yaitu ta’aruf, khitbah, lalu Nikah. Lamunan ku buyar ketika aku
ingat ketakutan ibu perihal jodoh diwaktu awal aku berhijrah dengan
hijab syar’i ku, dan kisah ketakutan ibu pun masih berjalan hingga detik
ini.
Hari ini tepat pada tanggal 7 September
2016, pagi tadi aku dan ibu sempat berdebat kecil, “ibu hanya ingin kamu
kerja dulu, biar kamu bisa beli apa yang kamu inginkan dengan hasil
keringatmu sendiri, kalau kamu sudah menikah dan belum kerja, eman-eman
selama ini kamu kuliah empat tahun”, begitulah kiranya yang ibu katakan
kepadaku. Ya, dua hari yang lalu ada seorang ikhwan yang ingin
berkenalan dengan ku melalui kakak sepupu ku yang bernama mbak Fitria,
karena memang aku tidak ingin terlalu intens berkomunikasi dengan ikhwan
yang bukan mahrom, sekalipun hanya via alat kounikasi dua arah.
Sekitar satu bulan yang lalu, aku menghapus semua kontak ikhwan di bbm
ku, mula dari teman TK, SD, SMP, SMA atau bahkan teman kuliah, teman
yang dulunya satu organisasi, aku tidak bermaksud ingin memutus
pertemanan, aku masih bisa menghubungi mereka melalui whatsapp jika
memang aku ada keperluan dan begitu juga sebaliknya, teman-teman yang
ikhwan bisa menghubungiku melalui whatsapp jika memang mereka ada
keperluan dengan ku, aku sadar bahwa hidup ini bermasyarakat, bersosial
bukan lah individu, tapi aku hanya ingin menjaga, dari
pengalaman-pengalaman yang pernah ku alami, hanya sekedar komen-komen di
sosial media hingga pada akhirnya membuat prinsipku untuk istiqomh di
jalan Allah menjadi goyah, aku tak mau itu terjadi, maka ketika saudara
ku mengatakan bahwa ada yang ingin kenal dengan ku, dan dia seorang
ikhwan yang paham akan arti menjaga, dia ikhwan yang sholeh, aku meminta
saudara ku untuk menjadi perantara antara aku dan dia.
Dari awal aku sudah menceritakan kepada
ibu perihal niat baik teman semasa sekolah mbak Fitria yang ingin
berkenalan dengan ku, dan ibu berkata, “tak mengapa, kenal lah dengan
seorang laki-laki, takutnya kamu nanti dibilang sombong”, ku pikir tak
mengapa, tapi setelah aku mengetahui ciri-ciri dari ikhwan tersebut, aku
takut melanjutkan tahap perkenalan ini atau dalam Islam sering dsebut
dengat ta’aruf. Aku takut, takut bila kelak aku terlampau jauh
mengetahui siapa dia, aku takut terlalu berharap pada manusia, sedangkan
ibu mesih memintaku bekerja paling tidak satu tahun setelah aku lulus
kuliah nanti, sedangkan ikhwan itu sudah berusia 27 tahu, bukan lagi
usia yang hanya sekedar berleha-leha bermain kata, tapi usia itu sudah
usia matang untuk menikah, dan dia benar-benar ingin mencari seorang
istri. Pikirku menikah itu bukan hal yang mudah, menikah itu menyatukan
dua keluarga, jika ibu meminta ku untuk kerja terlebih dahulu, aku takut
jika terlalu mengenal dia, aku takut terlalu berharap, satu tahun yang
akan datang, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, soal
hati bisa saja berubah, dan pikirku bagi seorang laki-laki yang memang
sholeh dan benar-benar menjaga dari fitnah, ia akan jauh lebih memilih
menikah dengan seorang perempaun yang benar-benar siap menikah, maka aku
berpikir lebih baik, proses ta’aruf ini ku akhiri. Aku lebih memilih
fokus dengan penelitian ku, aku melilih bekerja terlebih dahulu sesua
dengan apa mau ibu. Ibu sempat berkata, “kelak ketika kamu sudah bekerja
pun, kenalilah laki-laki itu dengan cinta, bukan hanya dari segi agama,
kenali dia paling lama satu tahun, supaya kamu tahu, bagai mana dia dan
keluarganya”, ibu, maafkan aku jika kelak aku keluar dari koridor
permintaanmu, aku sama sekali tidak bermaksud mengguruimu, aku hanya
takut jika proses ta’aruf sudah berjalan dan khitbah pun kutempuh,
hingga pernikahan harus menunggu satu tahun, akan banyak sekali kejadan
yang terjadi yang sama sekali tidak bisa kita pastikan, karna masa depan
itu begitu fana, sekuat apa kita menerka, sekuat apa kita meminta, jika
Allah tak berkehendak, maka tak jua harapan itu ada, aku tak ingin
membuat orang lain menunggu, sebab aku tahu, menunggu itu hal
melelahkan. Bu, jika proses pernikahan itu terlalu lama, hati manusia
bisa saya berubah, bisa jadi calon yang sudah ki idamkan, tergiur oleh
perempuan lain yang lebih baik dari ku, lebih sholihah dari ku, semua
itu bisa saja terjadi, bahkan kita tiadk akan pernah tahu apa yang akan
terjadi dalam satu menit kemudian, barangkali kelak ajal jauh lebih
cepat menjemputku dari pada jodohku, tidak ada yang bisa menjamin sampai
kapan kita akan hidup, tidak ada yag tahu sampai usia berapa aku akan
hidup, sebab jodoh dan kematian itu berbeda tipis, jodoh harus dijemput,
sedangkan kematian kapan saja bisa menjemput kita. Semua orang pasti
mau menikah, tetapi semua orang mau tidak mau harus mau mati, semua
orang pasti harus siap menikah, tetapi semua orangpun harus siap mati.
Maafkan aku bu, aku bukan berarti ingin segera mati, aku hanya ingin
menjelaskan kepadamu, bahwa hidup didunia ini akan menghancurkan hati
jika hanya untuk mengejar dunia, karena di akhirat nanti aku hanya
sendiri, belum tentu aku bisa bertemu dengan ibu, ayah, adek mungkin
suamiku, karena pertanggungjawaban atas apa yang kita lakukan didunia,
kita sendiri yang akan menanggung di akhirat kelak, maka aku ingin
mengajak ibu, ayah dan adek untuk menjadi orang yang beriman dimata
Allah, agar kelak ketika diakhirat kita dipertemukan dalam SurgaNya
Allah karena golongan orang-orang yang beriman di mata Allah. Aamiin.
Ibu, aku begitu menyayangimu, bahagiaku
jika melihatmu bahagia, maka aku putuskan untuk menuruti kemauanmu,
bekerja setelah lulus kuliah. Ibu, bantu aku untuk fokus pada harapan
yang engkau harapkan kepadaku, jangan engkau bertanya masalah laki-laki
untuk saat ini, jika memang engkau memintaku untuk bekerja terlebih
dahulu. Namun kelak jika jodoh ku sudah dekat, aku punya permintaan
kepadamu, izin kan aku menikah dengan laki-laki pilihanku, dan hanya
bergantung pada pada ketakwaannya kepada Allah, Insyaallah orang yang
baik agamanya akan baik pula keluarganya, orang yang baik Agamanya akan
baik pula peilakunya, orang yang baik Agamanya akan baik pula masa depan
menuju SurgaNya. Selanjutnya, izin kanlah aku menikah dengan cara
Islam, yaitu ta’aruf, khitbah, nikah, proses yang tidak berlajan lama,
namun semua Lillah dijalani karena Allah, Insyaallah aku akan bahagia
dan engkaupun akan melihat ku bahagia. Ibu, izinkan aku menikah dengan
sederhana, agar tabungan yang ku miliki bisa untuk keperluan yang lain,
mungkin membangun rumah idaman, atau tabungan untuk memberangkat ibu
ketanah suci, Aamiin. Ibu, aku ingin segera menikah bukan karena aku tak
ingin membahagiakanmu, setelah menikahpun aku akan tetap berusaha untuk
membahagiakanmu, karna aku tahu, Birulwallidain adalah salah satu
ticket ku menuju Surga. Aku ingin menikah diusia muda, agar aku
terhindar dari perbuatan zina, karena jika aku berbuat zina seperti
pacaran, berpegangan tangan dengan yang bukan mahrom, semua itu bisa
mengancam keslamatan ibu di akhirat kelak. Sungguh, tiada yang lain yang
ku inginkan, kebahagiaan materi sudah cukup bagiku bu. Namun, jika
memang ibu memintaku untuk tetap bekerja terlebih dahulu setelah lulus
kuliah,aku akan menuruti apa mau mu bu, sebab berbakti kepada mu adalah
salah satu cara ku menuju Surga dan menjadi wanita sholihah agar setiap
doaku akan lebih mudah di ijabah, gelar sholihah pun memiliki syartar,
yakni, dengan berbakti kepada mu, ibu. Ayo lah bu, kita sama-sama
bergandengan tangan untuk belajar taat dihadapan Allah, demi meraih
SurgaNya, Allah, Aamiin.
Ibu, kau bagaikan Bunda Siti Khadijah
Kau mengajarkan ku untuk tegas dalam tegar
Ibu, kau bagaikan Bunda Siti Aisyah
Kau mengajarkan ku untuk tabah dalam sabar
Ibu, sungguh aku menyayangi mu
Maafkan aku yang selalu melukaihati mu.
***
Assalamualaiku, tulisan ini tidak
bermaksud mengajarkan pada pembaca untuk berani melawan orangtua, apa
lagi seorang ibu. Tulisan ini bertujuan untuk memotivasi teman-teman
yang sedang berhijrah dengan hijab syar’i agar tetap istiqomah,
membersamai ibu untuk together going to jannah dan bagi teman-teman yang
ingin menikah muda, ingatlah bahwa ridho Allah ada pada ridho orangtua,
dan filing orang tua itu kuat, orangtua kita tahu bagaimana kekurangan
dan kelebihan kita, maka yakinlah bahwa tidak ada orang tua yang akan
menjerumuskan anaknya pada hal yang tidak baik. Semua orangtua
menginginkan yang terbaik untuk anaknya, redam ego diri dan berdamailah
dengan hati, jika tak ingin membuat orangtua sakit hati.
TIPS untuk teman-teman yang sedang berhijrah dengan hijab syra’i :
- Jagan meninggalkan beban.
- Action !
- Yakin kekuatan doa
- Kajian Bareng
- Birulwallidain, tetaplah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua, dan doakan yang terbaik untuk orangtua kita , agar dapat membersamai kita untukt together going to jannah.
TIPS bagi yang menggebu ingin segera menikah muda
- Bukan hanya ssekedar mau, tapi harus siap !
- Tanyakan pada diri sendiri, sudah siapkah untuk memiliki tanggung jawab baru ?, menjadi istri sekaligus ibu.
- Tanyakan pada diri sendiri, sampai dimana ilmu yang dimiliki ?, ilmu untuk membangun rumah tangga, ilmu menjadi seorang istri yang patuh pada suami dan ilmu parenting mendidik anak.
- Tanyakan pada diri sendiri, sudah memiliki tabungan untuk merayakan pesta pernikahan kah ?, barangkali orang tua menginginkan pesta yang mewah, jangan samai juga karena ingin menikahkan anaknya, orang tua berhutang.
- Bagi laki-laki, tanyakan pada diri sendiri, sudah siapkah kah mengambil alih tanggung jawab seorang anak gadis dari ayahnya dan menafkahinya.
- Restu oangtua dan keluarga.
- Pintu gerbang pernikahan itu indah.
- Jangan gegabah menginginkan menikah, bila belum siap dalam segi ilmu, mental dan materi. Lebih baik fokus perbaikan diri, menggandeng ibu, bapak dan keluarga untuk meraih ridho Illahi, yuk going to jannah with family. Aamiin.
TIPS bagi JOFISA (Jomblo Fisabilillah)
- Sibuk !
- Ingat Birulwallidain.
- Delkon (delete kontak) syar’i
Penulis :
Perdani Kusuma Putri ( Kontributor Majelis Tausyiah Cinta )
https://www.facebook.com/pkputri
https://instagram.com/perdani.kp
( Editor Sw )
Posting Komentar untuk "Aku Meraih Surga Bersama Mu"