Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akhlaq adalah parameter kegiatan


Kutipan Pengarahan Pimpinan Pondok, KH. Anang Rikza Masyhadi, MA pada Acara Kamisan Guru-guru Pondok Modern Tazakka
10 Maret 2016
=========================
1. Saya ingin tekankan beberapa hal. Simaklah ayat berikut ini:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُون
Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu… (Qs. At-Taubah [9]: 105)
Perhatikan ayat ini, perintahnya adalah: bekerjalah. Nanti hasil pekerjaanmu akan diperhatikan oleh: Allah, Rasul dan orang-orang beriman. Pekerjaan baikmu akan diperhatikan oleh Allah, itu artinya adalah pahala dan surga. Pekerjaan baikmu akan diperhatikan oleh Rasul, itu artinya adalah syafaat pada hari kiamat. Sedangkan jika pekerjaanmu diperhatikan orang-orang beriman itu artinya apresiasi.

Ayat ini adalah ayat yang menyatakan kerja dahulu, berusaha dahulu, berprestasi dahulu, maka di akhir baru kalian akan mendapatkan. Memberi dahulu baru mendapatkan. Bersedekah dahulu baru Allah akan mengkayakanmu. Give dulu baru get. Jangan terbalik! Mau memberi tetapi menunggu mendapatkan dulu; mau bersedekah tetapi menunggu kaya dulu; mau berbuat berkarya tetapi menunggu apresiasi dulu. Yang seperti ini keliru besar!

Seperti halnya, syukuri dahulu nikmat yang ada, maka kamu akan mendapatkan kebahagiaan, bukan nunggu kebahagiaan dahulu baru mau bersyukur.

Jadi, itulah framework kita; give give give; memberi, memberi dan memberi. Allah selalu melihat dan orang akan menilai. Ini ayat tentang kerja, jadi kalau kita kerja dan berbuat maka Allah akan memberikan ‘jalanya’ dan Rasul dengan ‘syafaatnya’ dan orang-orang beriman akan menjadi saksi.

2. Kita ini mengelola lembaga pendidikan yang mendidik karakter. Karakter itu akhlak. Aklak itu sikap. Maka, berbagai kegiatan santri di pondok ini orientasinya adalah membangun akhlak. Parameternya adalah akhlak.
Ujian, misalnya, kelulusannya parameternya adalah akhlak, bukan akademik saja. Maka, kalau ada yang menyontek dia tidak lulus, karena dari sisi akhlak tidak lulus. Pramuka parameternya juga akhlak.

Mendidik anak-anak kelas V di OPPM, itu juga ukurannya akhlak. Bagian Penerimaan Tamu, bukan sekedar menyajikan hidangan dan melayani tamu, tetapi akhlaknya bagaimana; akhlak menerima tamu, akhlak tentang tanggungjawab, tugas dan keikhlasan.
Anak-anak OPPM Bagian Penerangan, yang salah satu tugasnya adalah menyiapkan seluruh kebutuhan soundsistem di pondok ini; di masjid, di aula dan acara-acara lain, itu pendidikan akhlak. Melatih tanggungjawab, melatih komitmen, disiplin dan kerja perfect.
Jadi, apapun kegiatannya, akhlak menjadi parameternya.
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku ini diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”

3. Ada ungkapan teori sosial bahwa manusia adalah binatang yang dapat berbicara:
الإنسان حيوان ناطق
Karena hanya manusia-lah yang dapat mengeksplorasi keinginannya.
Tetapi, sebetulnya lebih dari itu seperti yang sering disampaikan Kiai Hasan A Sahal, Pengasuh Pondok Modern Gontor:
الإنسان حيوان مسؤول
Manusia adalah binatang yang bertanggungjawab
Selain manusia, makhluk lain tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban. Jadi, kemanusiaan kita terletak pada tanggungjawab kita.
إنسانيتك في مسؤوليتك
Kalau manusia sudah hilang rasa tanggungjawabnya, berarti dia seperti binatang, bahkan lebih rendah dari hewan tersebut.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ…
Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (merasakan); punya mata tetapi tidak bisa melihat; punya telinga tetapi tidak bisa mendengar. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.” (Qs. Al-Araf [7]: 179)
Punya mata tidak bisa melihat bukan berarti buta karena fisik (medis); punya telingan tapi tidak bisa mendengar bukan pula tuli karena sakit fisik (medis). Dengan kata lain, punya hati tidak bisa memahami / merasakan, punya mata tdk bisa melihat, punya telinga tidak bisa mendengar, itu artinya tidak bertanggungjawab.

Tanggungjawab itu akan melahirkan kepercayaan, dan dalam kepercayaan itulah terletak harkat dan martabat manusia. Kalau ada orang yang sudah tidak dipercaya lagi sama siapa-siap itu manusia yang tidak lagi memiliki martabat.
Maka, jangan sia-siakan kepercayaan. Jangan kecewa, jangan mengecewakan apalagi mengajak orang lain kecewa. Kalau sikapmu seperti itu, maka kamu benar-benar menjadi manusia yang mengecewakan.

Ditranskrip oleh:
Sekpim, Subhi Mahmassani, S.H.I

Posting Komentar untuk "Akhlaq adalah parameter kegiatan "